Delapan Negara Arab Dukung Transisi Suriah, FIWS: Mereka Pelayan AS

 Delapan Negara Arab Dukung Transisi Suriah, FIWS: Mereka Pelayan AS

Mediaumat.info – Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Farid Wadjdi menilai, delapan negara Arab yang berjanji mendukung proses transisi damai di Suriah merupakan pelayan setia Amerika Serikat (AS).

“Jadi apa yang dilakukan oleh para menteri luar negeri Arab yang berkumpul di Kota Aqaba, Yordania, ini menunjukkan bahwa mereka itu adalah pelayan-pelayan setia Amerika Serikat,” tuturnya kepada Media Umat, Selasa (17/12/2024).

Apa yang menjadi harapan negara-negara itu yaitu pemerintahan baru Suriah harus inklusif, jauh dari bentuk diskriminasi, semua kekuatan politik harus terwakili, serta memberikan peringatan terhadap setiap diskriminasi etnis, sektarian, atau agama, kata Farid, itu adalah apa yang diharapkan AS.

“Amerika tidak akan lepas tangan dari setiap perubahan yang ada di Timur Tengah termasuk di Suriah. Karena itu Amerika wajib memastikan bahwa setiap perubahan adalah perubahan yang tetap mempertahankan kendali dan penjajahan mereka di Timur Tengah,” ulasnya.

Farid menambahkan, yang paling dikhawatirkan AS dari setiap perubahan di Timur Tengah adalah kalau perubahan itu mengarah kepada Islam.

“Ini juga yang ingin dipastikan oleh Amerika bahwa Suriah ke depan itu adalah Suriah yang tetap sekuler sehingga bisa dikendalikan oleh AS. Dan penguasa-penguasa Arab inilah yang digunakan untuk merancang dan memuluskan rencana Amerika,” bebernya.

Ini, ucapnya, bisa dilihat dari narasi yang digunakan seperti “waspada terhadap diskriminasi etnis, sektarian, agama,” itu adalah narasi yang selama ini digunakan untuk menunjukkan sistem sekuler, sekaligus menunjukkan penentangan terhadap penerapan syariat Islam.

Didukung PBB

Farid menegaskan, kehendak para penguasa Arab agar perubahan di Suriah juga harus didukung oleh PBB sesuai dengan prinsip Dewan Keamanan PBB Nomor 2254, ini juga memastikan perubahan Suriah itu ke arah sekuler.

“Jadi, yang dilakukan oleh para penguasa Arab ini menunjukkan pelayanan mereka terhadap negara-negara Barat imperialis, dan pengkhianatan mereka terhadap umat Islam,” kesalnya.

Pelayanan dan pengkhianatan itu, terang Farid, bisa ditunjukkan bahwa pada waktu yang hampir bersamaan para menlu Arab itu juga bertemu dengan Menteri Luar Negeri Amerika Anthony Blinken, Geir Pedersen utusan khusus PBB untuk Suriah, Josep Borrell Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, serta Hakan Fidan Menteri Luar Negeri Turki.

“Apa yang disuarakan oleh menteri-menteri luar negeri Arab di pertemuan itu memastikan perubahan di Suriah ke arah sekuler,” tandasnya.

Jebakan Politik

Farid mengingatkan kepada rakyat Suriah dan pejuang-pejuang di Suriah yang telah berhasil menumbangkan rezim Bashar Assad agar berhati-hati dalam melakukan perubahan.

“Ada jebakan politik dari negara-negara Barat yaitu memastikan Suriah tetap menjadi negara sekuler dan itu menggunakan aktor-aktor regional yaitu para penguasa Arab termasuk Turki,” jelasnya.

Kalau itu terjadi, sambungnya, maka tidak akan ada perubahan yang signifikan di Suriah. “Yang terjadi hanya pergantian rezim Suriah sebagaimana negara-negara Timur Tengah lain, yang akan ada di bawah kendali Amerika dan dieksploitasi oleh Amerika, termasuk akan memunculkan isu-isu sektarian, konflik, yang justru itu dilakukan oleh Amerika Serikat,” urainya.

Tidak Memiliki Legitimasi

Farid menilai, penguasa-penguasa Arab, termasuk Amerika Serikat, dan PBB, tidak memiliki legitimasi moral untuk mengarahkan perubahan di Suriah.

Farid berargumen, negara-negara kafir imperialis inilah yang selama ini mendukung rezim represif di Timur Tengah termasuk rezim Bashar al-Assad yang berkuasa lebih dari 50 tahun.

“Negara-negara Barat inilah yang mempertahankan penguasa-penguasa diktator termasuk penguasa-penguasa Arab. Jadi tidak punya legitimasi moral bicara tentang bagaimana masa depan Suriah karena ketika terjadi pembantaian yang dilakukan oleh Bashar Assad mereka tidak melakukan tindakan apa pun untuk mencegah pembantaian itu, termasuk PBB,” bebernya.

PBB, lanjutnya, tidak memiliki legitimasi moral untuk mengarahkan Suriah karena PBB selama ini bagaikan macan ompong ketika menghadapi kekejaman Bashar Assad yang didukung oleh Amerika, Rusia, dan Iran.

“Karena itu apa yang diserukan oleh Hizbut Tahrir Suriah itu menjadi sangat penting bahwa kemenangan ini harus dilanjutkan dengan bukan hanya pergantian rezim tapi harus diikuti dengan pergantian sistem,” tukasnya.

Sistem dimaksud, jelasnya, sistem yang independen dan lepas dari intervensi asing, lepas dari pengkhianatan penguasa Arab, penguasa-penguasa yang menjadi antek-antek negara imperialis.

“Sistem itu adalah sistem khilafah ’ala minhajin nubuwwah yang independen dan kuat sekaligus menyatukan kekuatan umat Islam di Timur Tengah,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun

Dapatkan update berita terbaru melalui Saluran Whatsapp Mediaumat

 

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *