Data Kematian Dihapus dari Indikator Covid-19, Pakar: Tanpa Data, Dampak dan Estimasi Terinfeksi Tidak Bisa Terukur
Mediaumat.news – Tanggapi keputusan pemerintah menghapus data kematian dari indikator penanganan covid-19, Pakar Biologi Molekuler Ahmad Rusdan Handoyo Utomo, Ph.D. mengingatkan justru tanpa data jumlah kematian, dampak dan estimasi jumlah yang terinfeksi tidak bisa terukur.
“Tanpa data kematian, kita tidak bisa mengukur dampak dan estimasi jumlah yang sudah terinfeksi,” ujarnya kepada Mediaumat.news, Kamis (12/8/2021).
Sebagai asumsi kasus, ia memaparkan, apabila tingkat kematian akibat covid-19 1% dengan jumlah sekitar 100 ribu, maka selanjutnya akan bisa diperkirakan jumlah penduduk yang terinfeksi dengan jumlah sekitar 10 juta orang.
Tetapi kalau data kematian tidak ada, lanjutnya, tentu akan sulit memperkirakan berapa banyak orang terinfeksi dengan potensi menularkan.
Oleh karena itu, ia memandang, kinerja pemerintah dalam hal penanganan covid-19 perlu diperbaiki. Agar laporan kematian dan yang terpapar dari hasil tes harian bisa diefisienkan dan paling tidak, bisa mendapatkan data yang mendekati real time. “Sehingga kita bisa ukur kinerja pengendalian pandemi oleh pemerintah,” tambahnya.
Terakhir, sekali lagi ia menegaskan, data kematian tidak boleh dihilangkan secara sengaja. “Data kematian akibat covid-19 tidak boleh dihilangkan secara sengaja, karena data kematian adalah satu indikator kinerja pengendalian pandemi,” pungkasnya.[] Zainul Krian