Dari Perdagangan Budak Hingga Brain Drain

Menurut Laporan Pembangunan Manusia (Human Development Report) PBB, bahwa 64 persen populasi Pakistan (sekitar 148,1 juta dari 241,4 juta) berusia kurang dari 30 tahun, dan 29 persen orang Pakistan berusia antara 15 hingga 29 tahun. Menurut World Economics, rata-rata umur populasi Pakistan adalah 20,2 tahun dibandingkan dengan rata-rata global, yaitu 30,3 tahun. Ringkasnya, Pakistan memiliki banyak anak muda di negaranya. Ini merupakan keistimewaan yang tidak dimiliki banyak negara saat ini, bahkan negara terkaya dan termaju sekalipun. Namun, realitas yang disayangkan adalah karena berbagai alasan, anak-anak muda yang sangat energik ini enggan mengabdi pada negara karena berbagai alasan (www.pakistantoday.com.pk, 23/3/2023).

Artikel di atas berbicara tentang brain drain di Pakistan dan pengaruhnya terhadap perekonomian Pakistan. Mungkin kondisi miskin ini hanya sementara yang disebabkan oleh banyak faktor, dan jika faktor tersebut ditangani dengan baik, maka kondisi ini bisa dikalahkan. Sejarah memiliki banyak contoh di mana kelaparan dan elitisme telah menghancurkan Kerajaan, dan sejarah juga menunjukkan kepada kita bagaimana pemerintahan Nabi Yusuf as menyelamatkan rakyat Mesir dari korban kelaparan tujuh tahun, sementara Nabi Muhammad saw sebelum Pertempuran Parit mengikat dua batu di perutnya.

Alasan di balik kemiskinan yang statis atau memburuk dari semua negara bangsa yang berusia hampir 100 tahun ini adalah karena mereka sengaja direncanakan dan dirancang untuk menjadi seperti ini. Ini tidak lebih dari perkebunan budak bagi penjajah yang memilih untuk duduk di belakang layar dan menyelesaikan pekerjaannya. Di sini orang-orang akan berputar-putar seperti lembu yang mengeluarkan minyak, dan yang mereka pikirkan hanyalah bisa menyediakan makanan untuk keluarga. Orang-orang yang bekerja sangat keras ini tahu bahwa satu-satunya cara untuk menyelamatkan anak-anak mereka dari kerja sia-sia ini adalah dengan mengusir mereka, agar membuat mereka cukup mampu untuk berada di tanah tuannya. Hal itu sendiri merupakan tanda penyimpangan yang menunjukkan bahwa fokus umat Islam beralih dari mencari ridha Allah SWT menjadi untuk bertahan hidup dan kemudian kenyamanan hidup. Dari Ibnu Abbas ra yang berkata: Aku mendengar Nabi saw bersabda:

«لَوْ كَانَ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ مَالٍ لاَبْتَغَى ثَالِثاً وَلاَ يَمْلأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ»

Seandainya manusia diberi dua lembah berisi harta, tentu ia masih menginginkan lembah yang ketiga. Yang bisa memenuhi dalam perut manusia hanyalah tanah. Allah tentu akan menerima taubat bagi siapa saja yang ingin bertaubat.” (HR. Bukhari).

Allah SWT telah menganugerahkan negeri-negeri kaum Muslim dengan kekayaan yang melimpah, dan anak-anak muda dengan kemampuan yang luar biasa, tetapi sebagaimana Nabi Adam as, setelah diperingatkan oleh Allah SWT, menjadi korban penipuan Iblis, dan kemudian diajari cara untuk memecahkan perangkapnya, serta bagaimana mencapai ridha Allah dan mendapatkan kembali tempatnya di Jannah. Untuk menyelamatkan kekayaan umat ini, baik material maupun intelektual, kita harus memahami bahwa tujuan hidup seorang Muslim adalah untuk mencari ridha Allah SWT, menyebarkan agama-Nya, dan mengangkat status umat secara keseluruhan, bukan untuk mengangkat status individualnya di dunia ini. Akibat dari naiknya status umat ini, maka setiap individu anggotanya akan ikut naik, dimana para pemuda umat ini berjuang menyebarkan dan membesarkan Islam. Mengingat ketenangan itu hanya bisa dicapai di bawah naungan sistem Khilafah, maka untuk meraihnya, para pemuda kita harus belajar dari para sahabat seperti Mus’ab bin Umair, yang mengorbankan segala kemewahan dan kesenangannya demi mengikuti Islam, hingga ia pun menjadi panutan untuk diteladani. Sementara itu, kita para pengemban dakwah harus terus menebar dakwah dan menjangkau generasi muda umat ini, serta membantu mereka agar menjadi Mus’ab pada zamannya. Hanya dengan begitu, kita akan mencapai tujuan kita untuk menegakkan Khilafah, dan tidak hanya menjadi tameng pelindung bagi umat Islam saat ini, tetapi kita juga akan memberikan mercusuar dan perlindungan bagi generasi mendatang, insya Allah. [Ikhlaq Jehan]

Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 29/3/2023.

Share artikel ini: