Pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama menyatakan kesedihannya pada hari Jumat karena kekerasan yang diderita kaum Muslim Rohingya di Myanmar sejak Agustus 2017, di mana PBB memperkirakan bahwa 1000 orang terbunuh, dan 270 ribu lainnya melarikan diri ke Bangladesh.
Dua minggu setelah dimulainya gelombang terbaru kekerasan terhadap warga Rohingya, di mana sebenarnya penganiayaan dan tekanan terus mereka alami sejak beberapa dekade, namun baru kali ini pemimpin Buddha keluar dari kebisuannya, dan mengatakan pada umat Buddha di Myanmar bahwa Buddha akan membantu para pengungsi, di tengah-tengah kecaman pedas atas pembantaian terhadap minoritas Muslim di negara bagian Rakhine (Sumber: Sky News Arabic).
* * *
Dalai Lama menyatakan kesedihannya, Sekjen PBB merasa prihatin, Sisi menyerukan untuk menghentikan pembantaian, dan beberapa penguasa Muslim merasa sangat cemas dengan apa yang sedang terjadi, begitu juga dengan beberapa penulis dan wartawan yang menyatakan kemarahannya atas pembantaian yang dilakukan oleh umat Buddha terhadap kaum Muslim Rohingya, sedang para teroris Buddha di Myanmar terus melakukan pembantaian, sebab mereka tahu bahwa kesedihan dan kecemasan itu adalah normal dirasakan oleh perempuan dan juga laki-laki; mereka juga tahu bahwa kaum Muslim telah menjadi yatim piatu di tengah pesta yang tidak ada pemimpinnya. Ingat, sekiranya teroris Buddha, dan teroris sebelum mereka, yaitu Yahudi dan Rusia menyadari bahwa kaum Muslim memiliki pelindung, tentu mereka tidak akan berani macam-macam terhadap seorang Muslim sekalipun.
Namun di zaman perbudakan ini, di mana para pemimpin dan orang-orang merdeka sudah tidak berkuasa dalam pengambilan keputusan, sehingga para teroris Buddha yakin dan mengatakan: Biarkan semua orang menyatakan kesedihan dan keprihatinannya, dan kami akan terus melakukan pembantaian terhadap kaum Muslim yang tidak bersenjata, kami tidak takut siapa pun karena kami tahu bahwa para mayor Sykes-Picot yang dikalungkan Barat pada leher kaum Muslim adalah orang-orang yang terlalu pengecut untuk berani menghalangi dan mencegah pesta kami ini.
Saya katakan kepada kaum Muslim, bahwa dengan kalian tidak menekan para penguasa kalian, sungguh ini telah menjadikan mereka sangat merendahkan kalian dan meremehkan urusan kalian, sementara para pemilik satyalencana di antara generasi kalian menanti untuk mendapatkan satyalencana lebih banyak lagi atas pembelaannya terhadap para penguasa tiran. Ingat, jika kalian tetap membiarkan keadaan ini, maka kalian akan dimakan juga sebagaimana orang-orang selain kalian telah dimakan, sehingga salah seorang dari kalian berkata: “Sejatinya, aku sudah dimangsa, saat banteng putih dimangsa.” [Ahmad Abu Qudum]
Sumber: hibz-ut-tahrir.info, 11/9/2017.