Covidiotisme vs Covid-19

Oleh Ainul Mizan (Pemerhati Sosial Politik)

Kementan berencana akan memproduksi kalung anti corona. Pada tanggal 18 Mei 2020, Kementan sudah mengadakan kerjasama dengan produsen Cap Lang. Rencananya pada bulan Agustus 2020 akan diproduksi besar – besaran kalung tersebut.

Kalung anti corona ini terbuat dari kayu Eucalyptus (pohon Kayu Putih). Mentan menegaskan bahwa pemakaian kalung selama 15 menit bisa membunuh 42 persen corona. Sedangkan Ketua Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia, Inggrid Tania menyatakan tidak ada bukti ilmiah klaim Mentan tersebut. Menurutnya, memang Eucalyptus bisa untuk Virus Corona, tapi hanya untuk virus influenza, betacorona dan gammacorona. Jadi bukan untuk Virus Covid-19 (Sars-Cov-2).

Realitas yang harus disadari semua pihak adalah bahwa Indonesia termasuk dunia saat ini sedang dirundung pandemi Covid-19. Artinya bencana ini adalah masalah kesehatan. Mestinya kebijakan politik dalam menanggulanginya bersandarkan pada pendekatan ilmu kesehatan. Jika tidak, tentunya yang ada adalah langkah coba – coba. Dan sungguh sadis dalam persoalan nyawa, justru trial and error. Masyarakat disuguhi dengan tontonan sirkus dan akrobatik. Tentu saja akan menjadi hiburan tersendiri di tengah derita pandemi. Rakyat hanya bisa mengelus dada. Kok ya ada penyakit baru sekarang. Selain Covid-19, muncul penyakit Covidiotisme.

Dari obat kebal nasi kucing hingga kalung anti corona. Dari iuran BPJS yang naik di tengah pandemi hingga Tapera dan liberalisasi listrik. Dari abnormal hingga new normal di tengah semakin mengganasnya Covid-19. Dari bantuan langsung lempar hingga kartu prakerja yang akhirnya mangkrak. Tapi trilyunan rupiah uang negara sia – sia. Entah apa sebutan yang pas untuk keanehan – keanehan tersebut. Apakah ada yang lebih elegan dari sebutan penyakit Positif Idiot? Jadi tidak berlebihan dong kalau dibilang Virus Covid-19 telah melahirkan Virus Covidiotisme.

Ataukah adanya kalung anti corona ini ada kaitannya dengan RUU HIP? Kan di dalam RUU HIP terdapat semboyan Ketuhanan yang Berkebudayaan. Kayaknya kalung ini nanti diposisikan sebagai jimat penolak corona. Beda tipis dengan kalung bawang putih yang menurut orang tua dulu bisa menjadi penolak gangguan halus. Jangan – jangan negara memposisikan sebagai teladan bagi rakyatnya dalam mempraktekkan Ketuhanan berkebudayaan.

Sesungguhnya terjadinya pandemi Covid-19 ini adalah ketentuan Alloh. Covid-19 ini berjalan dalam kontrol Alloh. Langkah yang masuk akal tentunya dalam mengatasi Covid-19 adalah mengikuti arahan dari Alloh SWT. Arahan Alloh ini bisa ditemukan di dalam al- Qur’an dan Sunnah Nabi Saw.

Pandemi Covid-19 ini harusnya menyadarkan manusia akan kelemahannya. Melalui makhluk yang saking kecilnya bahkan tidak terlihat dan tidak berotot ini, Alloh mengirim pesan agar manusia kembali kepadaNya. Telah nampak kerusakan demi kerusakan akibat kerakusan Ideologi kufur Kapitalisme – Sekulerisme dan Sosialisme Komunisme. Akan tetapi manusia masih berada dalam kecongkakannya. Mereka malah bangga menderita penyakit Covidiotisme.

Maha Benar Alloh yang menegaskan bahwa manusia itu adalah makhluk yang dholim dan ingkar. Inilah bentuk kebodohan manusia. Bisa jadi pendidikannya tinggi, akan tetapi bila dengan hal itu justru menjauhkannya dari kesadaran untuk ta’at kepada Alloh, sejatinya mereka itu bodoh, bahkan idiot. Bukankah Abu Jahal itu mendapat sebutan Abul Hakam (Bapak Cendekiawan) di tengah kaumnya? Entoh seperti itu, bukti kebesaran Alloh sudah di depan matanya, ia tetap dalam kebodohan dan keidiotannya. Ia tetap dalam kekafirannya.

Oleh karena itu guna menanggulangi pandemi Covid-19 ini, langkah pertama dan utama adalah mendelete Virus Covidiotisme. Maka sejatinya seruan dakwah Islam itu adalah dalam rangka mencerdaskan umat agar mereka mau diatur oleh Sang Penciptanya. Hal ini harus terus dilakukan baik saat ada maupun tidak ada pandemi. Hanya dengan ini, virus Covidiotisme yang menular dari para penyelenggara negara kepada rakyatnya bisa ditanggulangi. Dengan demikian, tatanan kehidupan yang menenteramkan dan menyejahterakan akan bisa diwujudkan.[]

#Penulis tinggal di Malang

Share artikel ini: