Mediaumat.id – Pengamat Hubungan Internasional Budi Mulyana menilai, sambutan baik China terhadap rencana kunjungan Menlu Amerika Serikat Antony Blinken ke Beijing bergantung kepada sejauh mana kepentingan masing-masing negara dapat direalisasikan.
“Semua bergantung kepada sejauh mana kepentingan dari masing-masing negara dapat direalisasikan. Ada kalanya mereka berseteru, namun di sisi lain mereka bersekutu,” tuturnya kepada Mediaumat.id, Senin (23/1/2023).
Menurutnya, dinamika hubungan antar negara adalah hal yang lazim. “Sebagaimana pameo politik mengatakan, ‘Tidak ada musuh yang abadi, yang abadi adalah kepentingan’,” ungkap Budi.
Budi menilai, masing-masing negara ingin mencari titik keseimbangan dalam mencapai kepentingannya.
“Cina ingin mendapatkan win-win solution (solusi menguntungkan kedua belah pihak) dalam persaingannya dengan Amerika Serikat secara global. Bukan zero sum di mana satu pihak mengalahkan yang lain,” jelasnya.
Menurutnya, itu biasa dilakukan oleh negara pesaing terhadap negara hegemon untuk meningkatkan daya tawar politik internasionalnya. Namun, tentunya AS tidak gegabah dalam melangkah.
“Dalam perspektif mereka, unilateralisme Amerika harus tetap dipertahankan. Namun tentunya tetap harus menghitung effort (upaya) yang dikeluarkan. Jangan sampai persaingan dengan negara lain menguras energi dan sumber daya yang dimilikinya,” bebernya.
Menjadi Penonton
Di tengah dinamika perpolitikan AS dan Cina, ia menilai dunia Islam masih menjadi penonton. Namun, tetap dapat memetik pelajaran dari persaingan negara-negara adidaya yang bertarung di level global.
“Ketika saatnya tiba, insyaAllah dunia Islam akan kembali berperan dalam konstelasi tersebut, tentunya bila mereka memiliki negara ideologis yang membawa visi global Islam. Islam rahmatan lil alamin,” pungkasnya.[] Ade Sunandar