Mediaumat.id – Berkaitan dengan smelter nikel Cina yang mulai beroperasi di Indonesia, Direktur Pusat Analisis Kebijakan Strategis (PAKTA) Dr. Erwin Permana mengatakan Indonesia ditipu berkali-kali.
“Kita dikadalin (ditipu) berkali-kali dalam konteks keberadaan smelter Cina di Indonesia,” ungkapnya kepada Mediaumat.id, Rabu (23/8/2023).
Karena, menurut Erwin, smelter dibuat di Indonesia tetapi keuntungannya untuk Cina.
“Jadi, hasilnya itu langsung dibawa ke Cina, enggak ada bedanya dengan smelter itu ada di Indonesia dan smelter itu ada di Cina. Itu enggak ada bedanya, kita sama-sama enggak dapat untung,” tegasnya.
Justru, lanjut Erwin, dengan menaruh smelter di Indonesia, Indonesia kebagian limbahnya.
Erwin memandang itu terjadi karena ketidakberdayaan pemerintah terhadap Cina. Padahal, menurutnya, jika dilihat dari sumber daya manusia (SDM) Indonesia sangat mampu, karena banyak pakar di luar negeri.
“Sekarang kan pemerintah tidak memiliki political will untuk mengoptimumkan hasil-hasil dari tambang, justru menyerahkannya kepada Cina. Kenapa? Karena dengan menyerahkan ke Cina mudah juga mendapatkan utang, jadi pemerintah ini enggak mikir, enggak mau susah,” tegasnya.
Dalam Islam, lanjut Erwin, nikel merupakan kepemilikan umum yang tidak boleh diswastanisasi, tidak boleh diberikan pengelolaan kepada satu individu.
“Ini harus dikelola oleh negara, hasilnya harus didistribusikan kepada seluruh orang yang ada di situ. Bukan diswastanisasi seperti sekarang ini, itu sangat tidak adil,” pungkasnya.[] Ade Sunandar