Mediaumat.news – Kekhawatiran Cina tentang gelembung (bubble) industri keuangan dunia akan pecah dinilai sebagai salah satu bukti sistem ekonomi kapitalisme tidak pernah bisa stabil. “Sistem ekonomi kapitalisme tidak pernah bisa stabil,” ujar Peneliti dari Forum Analisis dan Kajian Kebijakan untuk Transparansi Anggaran (FAKKTA) Muhammad Ishak kepada Mediaumat.news, Senin (8/3/2021).
Menurut Ishak, sistem kapitalisme tidak pernah bisa stabil, sebab sistem ekonomi kapitalisme memberikan peluang tumbuhnya sektor keuangan yang memproduksi produk-produk keuangan yang sarat spekulasi dan perjudian, seperti saham, obligasi, mata uang kertas, dan produk-produk derivatifnya.
Kondisi tersebut, kata Ishak, diperparah dengan kebijakan liberalisme ekonomi yang berdampak pada bebasnya pelaku pasar modal untuk menciptakan berbagai produk keuangan. Dan bebasnya keterlibatan investor domestik dan asing untuk keluar masuk ke suatu negara.
Gelembung Ekonomi
Ia memaparkan, gelembung ekonomi (economic bubble) terjadi ketika nilai aset lebih tinggi dari nilai fundamental aset tersebut. Contohnya seperti yang dirilis oleh pejabat bank sentral Cina, bahwa aset properti di negara itu meningkat tajam bukan karena meningkatnya kebutuhan tempat tinggal, tetapi untuk tujuan spekulasi, yaitu dijual pada saat harganya tinggi. Dan harga properti semakin mahal ketika aliran investasi asing mengalir deras ke negara itu.
Ishak menilai, hal yang sama juga berlaku pada peningkatan harga aset finansial. Masalahnya, pada periode tertentu, jika tidak ada upaya mengempeskan gelembung tersebut, maka akan terjadi ledakan, sehingga akan berdampak negatif pada sektor-sektor ekonomi lainnya. Seperti nilai utang pemerintah akan naik untuk mem-bail out perusahaan yang kolaps, terjadinya PHK yang mengakibatkan lonjakan pengangguran, dan sebagainya.
Ia melihat, fenomena bubble tidak hanya terjadi di Cina saja, tetapi juga terjadi negara-negara maju lainnya. Di Amerika ketika pandemi menggila yang mengakibatkan banyak bisnis tutup dan pengangguran meningkat, nilai pasar modal justru meningkat pesat.
Dampaknya, menurut Ishak, jika gelembung atau bubble itu meledak sangat tergantung pada seberapa besar bubble itu, dan seberapa besar keterkaitan negara yang mengalami ledakan itu ke negara-negara lain. Amerika dan Cina merupakan negara yang punya pengaruh luas di dunia, sehingga ketika pasar modal mereka meledak maka imbasnya akan sangat luas, termasuk Indonesia.
Terakhir, ia menegaskan, ibarat tumor yang menghinggapi tubuh seseorang, selama tidak diangkat maka bebannya akan terus dirasakan oleh orang itu. Karena itu, untuk menciptakan sistem ekonomi yang stabil, maka sistem kapitalisme harus ditinggalkan dan mengadopsi sistem ekonomi Islam.[] Agung Sumartono