Cina dan Amerika Serikat: Hubungan yang Kompleks

 Cina dan Amerika Serikat: Hubungan yang Kompleks

Kongres Amerika Serikat baru-baru ini menyetujui anggaran pertahanan sebesar $777,7 miliar, meningkat lima persen dari jumlah tahun lalu. Langkah ini dilakukan setelah mereka menarik pasukan Amerika terakhir dari Afghanistan dan dibenarkan sebagai cara untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan China. (Al Jazeera)

Persetujuan anggaran mendapat dukungan bipartisan dan mendukung sikap AS saat ini bahwa China merupakan ancaman signifikan bagi supremasi globalnya.

“Pemerintah China berusaha menjadi negara adidaya terbesar di dunia melalui pinjaman predator dan praktik bisnis, pencurian sistematis kekayaan intelektual, dan intrusi dunia maya yang berani.” (Sumber: FBI website)

Tetapi para analisis sejarah dan struktur sistem internasional, serta peran yang dimainkan AS dan China di dalamnya, menunjukkan bahwa situasinya tidak sesederhana yang digambarkan AS.

Saat mengevaluasi hubungan antar negara, kita tidak dapat mengabaikan cara sistem internasional dibentuk pada pertengahan hingga akhir 1900-an. Amerika Serikat muncul sebagai negara terkemuka dan mendirikan sistem internasional dengan organisasi internasional, menciptakan saling ketergantungan ekonomi dan norma-norma dan nilai-nilai liberal. Semua ini diterima oleh negara-negara kuat pada saat itu dan yang muncul adalah situasi di mana mereka semua sepakat untuk menyelesaikan masalah mereka dan menyelesaikan masalah kepentingan nasional yang bersaing, tanpa berperang seperti yang biasa terjadi pada era imperialisme. Sistem internasional saat ini terikat dengan AS – dan dengan demikian setiap negara berkepentingan untuk memastikan bahwa AS tetap stabil dan dapat mempertahankan pengaruhnya.

Ketika Komunisme gagal dan China memilih untuk bergabung dengan sistem internasional, negara itu setuju untuk bekerja dalam norma dan nilai yang ditetapkan AS dan mengadopsi Kapitalisme sebagai ideologinya. Meskipun mungkin masih menganut ide-ide yang lebih otoriter di dalam batasanya, tindakannya di arena internasional terus menunjukkan komitmennya terhadap sistem kapitalis global.

Dengan bekerja dalam sistem internasional, mereka secara tidak sengaja mendukung Amerika Serikat dan perannya sebagai negara terkemuka.

China terus-menerus menekankan ‘kebangkitan secara damai’ seperti yang telah dikembangkan selama beberapa dekade terakhir dan berhati-hati untuk menggambarkan diri mereka sebagai pendukung globalisasi dan perdagangan bebas. Sejak tahun 1980-an, mereka terintegrasi dan beradaptasi secara substantif dengan lembaga-lembaga utama dan aturan-aturan tatanan internasional liberal. Dan sejak saat itu, Presiden Xi telah memperbarui seruan untuk membangun ekonomi global yang lebih terbuka dan telah beberapa kali menentang proteksionisme perdagangan (Sumber : Global Times, 2019). Meskipun telah terjadi konflik, kedua negara memiliki sikap saling ketergantungan ekonomi yang kuat yang tidak dapat diabaikan. Saling ketergantungan ini berarti bahwa kedua negara menghadapi konsekuensi ketika salah satu dari mereka mencoba untuk menyakiti yang lain, dan China menyadari fakta ini.

“Pada tahun 2009 Tentara Pembebasan Rakyat mendesak pemerintah China untuk menjual sebagian besar kepemilikan dolar China untuk menghukum AS karena menjual senjata ke Taiwan. Namun, Bank Rakyat China menunjukkan bahwa hal itu akan membebankan biaya besar pada China. Pemerintah berpihak pada bank sentral. Membuang dolar mungkin membuat AS bertekuk lutut, tetapi itu juga akan memiliki konsekuensi yang menghancurkan bagi China. Demikian pula, dalam skenario saat ini yang membayangkan serangan siber China di jaringan listrik AS, saling ketergantungan ekonomi kedua negara akan berarti kerusakan yang merugikan bagi China juga. Serangan secara presisi pada target ekonomi kecil mungkin tidak menghasilkan banyak pukulan balik secara langsung, tetapi semakin meningkatnya arti penting internet bagi pertumbuhan ekonomi meningkatkan insentif umum untuk menahan diri. Legitimasi partai Komunis China sangat bergantung pada pertumbuhan ekonomi, dan pertumbuhan ekonomi di China semakin bergantung pada internet.” (Sumber : Financial Timer)

China telah memantapkan dirinya sebagai pusat manufaktur dan ekonomi yang digerakkan oleh ekspor. Hal ini berarti bahwa mereka terjerat dalam sistem ekonomi internasional, dan karena sistem ekonomi terkait dengan dolar, China sangat bergantung pada AS. Mereka mengirim lebih banyak barang dan jasa ke AS daripada yang dijual AS ke China. Mereka juga membawa utang AS untuk memastikan daya saing harga untuk ekspornya di tingkat internasional. Pada bulan Januari 2021, China memiliki $1,095 triliun, atau sekitar 3,7%, dari $29 triliun utang nasional AS, lebih banyak daripada negara asing lainnya kecuali Jepang.

Pada akhirnya, mereka berdua saling bergantung. Pada tahun 2020, China adalah mitra dagang barang terbesar Amerika, pasar ekspor terbesar ketiga, dan sumber impor terbesar. Ekspor ke China mendukung sekitar 1,2 juta pekerjaan di Amerika Serikat pada tahun 2019. Sebagian besar perusahaan AS yang beroperasi di China melaporkan berkomitmen untuk pasar China untuk jangka panjang. (Sumber: Brooking)

Sementara China tampaknya mengambil langkah-langkah untuk mengurai kekusutan ekonomi mereka dan mengurangi ketergantungan mereka pada Barat, fakta bahwa seluruh sistem ekonomi terikat pada dolar, berarti bahwa Amerika Serikat akan selalu mempertahankan peran penting dalam system international saat ini. Dengan demikian China akan melangkah dengan hati-hati karena hubungan antara pembangunan dalam negeri mereka dan ekonomi internasional. Karena untuk membuat suatu perubahan, China harus meyakinkan seluruh dunia untuk menerima bahwa mereka di atas AS – yang belum mereka lakukan.

Ini tidak berarti bahwa tidak akan ada ketegangan antara kedua negara. Dalam sistem Kapitalis, dengan kepentingan nasional dan politik zero sum game (keuntungan di atas kekalahan pihak lain), akan selalu ada ketegangan. Tetapi negara-negara telah menunjukkan komitmen untuk mengatasi ketegangan tersebut dengan cara yang tidak berdampak pada sistem internasional – China adalah anggota dari sejumlah organisasi internasional seperti Organisasi Perdagangan Dunia dan lebih penting lagi. China adalah anggota tetap Dewan Keamanan PBB.

Banyak hal berubah dalam sistem internasional, sekarang negara-negara harus melihat apakah mereka dapat beradaptasi dan menghadapinya. Namun AS akan tetap mempertahankan perannya dan berupaya mempertahankannya.

Dunia telah melalui banyak perubahan dan mengalami banyak tantangan. China harus beradaptasi dengan mereka tetapi itu tidak berarti bahwa Amerika Serikat akan jatuh dari perannya sebagai negara terkemuka – itu hanya berarti bahwa negara-negara lain sedang bekerja untuk membangun dalam sistem yang dibentuk dan dijaga dan melindungi kepentingan nasional mereka sendiri di dalamnya. Ketika Amerika Serikat memilih untuk meningkatkan anggaran pertahanannya, AS meyakinkan negara-negara kapitalis bahwa negara itu masih mengambil perannya sebagai negara terkemuka dengan serius dan bersedia membuat keputusan yang memungkinkannya untuk melindungi sistem internasional, sehingga mereka semua terus melanjutkan dukungannya.

Kita juga harus ingat bahwa siapa pun yang bangkit untuk menantang AS harus bersaing dengan negara-negara lain – yang bertujuan untuk melindungi sistem Kapitalis, yang telah mengikat AS. Hal ini akan membuat negara-negara lain enggan mengejar aspirasi global dan berhati-hati saat mengejar aspirasi regionalnya.

Dengan berkomitmen pada ideologi yang sama, semua negara telah menyelaraskan kepentingan mereka. Cacat dalam sistem Kapitalis menjadi semakin jelas, dan akibatnya negara-negara menjadi semakin putus asa untuk mempertahankan kendali mereka.

 

Konflik global terakhir adalah antara Kapitalisme dan Komunisme. China bukan lagi negara Komunis – mereka mungkin menganut beberapa nilai-nilainya tetapi belum menganut ideologinya seperti yang dilakukan Uni Soviet di masa lalu. Saat ini, fokus kebijakannya (bahkan kebijakan seperti CPEC) adalah untuk memastikan bahwa mereka mempertahankan perkembangan ekonominya dan mampu mengurangi campur tangan AS dalam hal kepentingan nasional dan regional. Tetapi pada akhirnya, mereka adalah negara Kapitalis meskipun bukan negara liberal.

Konflik global berikutnya adalah antara Islam dan Kapitalisme, karena negara-negara akan memahami bahwa pendirian kembali Negara Islam akan berarti akhir dari dominasi internasional mereka, seperti yang dilakukan kaum Quraisy pada masa Nabi (Saw).

Thauban meriwayatkan bahwa Rasulullah (Saw) bersabda,

«إِنَّ اللَّهَ زَوَى لِي الْأَرْضَ فَرَأَيْتُ مَشَارِقَهَا وَمَغَارِبَهَا وَإِنَّ أُمَّتِي سَيَبْلُغُ مُلْكُهَا مَا زُوِيَ لِي مِنْهَا وَأُعْطِيتُ الْكَنْزَيْنِ الْأَحْمَرَ وَالْأَبْيَضَ وَإِنِّي سَأَلْتُ رَبِّي لِأُمَّتِي أَنْ لَا يُهْلِكَهَا بِسَنَةٍ عَامَّةٍ وَأَنْ لَا يُسَلِّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ سِوَى أَنْفُسِهِمْ فَيَسْتَبِيحَ بَيْضَتَهُمْ وَإِنَّ رَبِّي قَالَ يَا مُحَمَّدُ إِنِّي إِذَا قَضَيْتُ قَضَاءً فَإِنَّهُ لَا يُرَدُّ وَإِنِّي أَعْطَيْتُكَ لِأُمَّتِكَ أَنْ لَا أُهْلِكَهُمْ بِسَنَةٍ عَامَّةٍ وَأَنْ لَا أُسَلِّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ سِوَى أَنْفُسِهِمْ يَسْتَبِيحُ بَيْضَتَهُمْ وَلَوْ اجْتَمَعَ عَلَيْهِمْ مَنْ بِأَقْطَارِهَا أَوْ قَالَ مَنْ بَيْنَ أَقْطَارِهَا حَتَّى يَكُونَ بَعْضُهُمْ يُهْلِكُ بَعْضًا وَيَسْبِي بَعْضُهُمْ بَعْضًا»

“Allah mendekatkan ujung dunia satu sama lain untukku. Dan aku telah melihat ujung timur dan baratnya. Dan kekuasaan umatku akan mencapai ujung-ujung yang telah ditarik ke dekatku dan aku telah diberikan harta berwarna merah dan putih dan aku memohon kepada Tuhanku untuk umatku agar tidak binasa karena kelaparan, atau dikuasai oleh musuh yang tidak ada di antara mereka untuk mengambil nyawa mereka dan menghancurkan mereka dari akar hingga rantingnya, dan Tuhanku berkata: Ya Muhammad, setiap kali Aku membuat keputusan, tidak ada yang mengubahnya. Aku mengabulkan permintaan umatmu bahwa mereka tidak akan binasa oleh kelaparan dan mereka tidak akan didominasi oleh musuh yang tidak akan berada di antara mereka dan akan mengambil nyawa mereka dan menghancurkan mereka dari akar hingga rantingnya, bahkan jika semua orang dari bagian yang berbeda di dunia bergandengan tangan (untuk melakukannya)” [HR Muslim].

Ditulis untuk Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir oleh Fatima Musab
Anggota Kantor Media Pusat Hizbut

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *