China Bentrok dengan India di Ladakh Sementara Pakistan Melalaikan Warga Kashmir

Berita:

China mengatakan telah mencapai “konsensus positif” dengan India mengenai penyelesaian ketegangan di perbatasan antara kedua negara, di manapasukan bentrok dalam beberapa pekan terakhir.

“Konsensus positif” untuk menyelesaikan masalah perbatasan terakhir dicapai setelah “komunikasi efektif” melalui saluran diplomatik dan militer, kata juru bicara kementerian luar negeri Hua Chunying kepada wartawan, Rabu (10/6).

“Saat ini kedua belah pihak mengambil tindakan yang tepat untuk meringankan situasi perbatasan berdasarkan konsensus ini,” katanya, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Pada hari Ahad, New Delhi mengatakan kedua negara telah sepakat untuk “menyelesaikan secara damai” perbatasan yang memanas setelah pertemuan tingkat tinggi antara komandan militer pada hari Sabtu (13/6).

Ketegangan berkobar secara teratur antara kedua kekuatan regional di perbatasan 3.500 kilometer (2.200 mil) mereka, yang tidak pernah dibatasi dengan baik.

Ribuan tentara dari dua negara tetangga yang bersenjata nuklir telah terlibat dalam pertempuran terakhir sejak Mei di wilayah Ladakh India, yang berbatasan dengan Tibet – sebelum nampak tanda-tanda adanya resolusi. [AlJazeera]

Komentar:

Provokasi langsung untuk intrusi perbatasan Cina telah terjadi semenjak konversi wilayah otonom Jammu dan Kashmir pada 31 Oktober 2019 menjadi wilayah Serikat di bawah kontrol Delhi sedangkan Ladakh dijadikan wilayah otonom yang terpisah.

Selain itu, sementara Jammu dan Kashmir terus memiliki kemiripan politik lokal melalui perwakilan di Dewan lgislatifnya, sedangkan Ladakh tidak diizinkan memiliki perwakilan legislatif dan karenanya akan berfungsi jauh lebih langsung di bawah kendali pemerintah pusat.

Meskipun pemerintah berbicara tentang peluang untuk meningkatkan ‘pariwisata’ di Ladakh, sangat jelas bagi Cina bahwa tujuan memisahkan Ladakh adalah agar India meningkatkan pengembangan infrastruktur militer di daerah maju yang sangat strategis ini antara Garis Kontrol China di timur dengan Garis Kontrol Pakistan di barat, sementara di sebelah utara Ladakh berbatasan dengan Karakoram Pass yang bersejarah, yang merupakan rute terpendek antara India dan Cina.

Sejak terpilihnya Narendra Modi sebagai Perdana Menteri pada tahun 2014, India telah mengikuti kebijakan yang disengaja dan diperhitungkan untuk mengintensifkan konfrontasinya dengan Cina, suatu kebijakan yang sangat berisiko bahwa India tidak mendapatkan apa-apa darinya dan ini hanya bisa dipahami untuk dipaksakan kepada Pemerintahan BJP India oleh Amerika.

Amerika-lah yang setidaknya sejak lawatan Obama ke Asia pada 2011, menjadikan China sebagai prioritas utama.

Sebagai respon, Cina telah menghabiskan sebagian besar sisa dekade ini untuk memperkuat diri secara internal melalui kepemimpinan kuat Xi Jinping yang telah mengkonsolidasikan dan memperbarui otoritas politik, militer, komersial dan budaya di tangan Partai Komunis Tiongkok.

Dan setelah Amerika memprovokasi terus-menerus, Cina mulai menunjukkan secara eksternal buah dari kekuatan barunya di berbagai titik konflik dari Laut Cina Selatan ke perang dagang dengan Amerika, dan dari Hong Kong ke perbatasan ribuan kilometer dengan India.

Pertanyaannya adalah mengapa Pakistan diam dalam semua ini. Sementara Cina dan India melakukan manuver satu sama lain untuk membentengi geografi mereka, Pakistan bersalah tidak hanya karena mengabaikan geografi tetapi juga mengabaikan Muslim Kashmir yang tetap berada di bawah pendudukan paksa oleh India selama lebih dari 70 tahun.

Satu-satunya jalan bagi umat Islam untuk mengambil kembali kendali urusannya adalah dengan menyingkirkan penguasa antek yang mengambil instruksi dari Barat dan mengalihkan kesetiaan terhadap mereka kepada kepemimpinan yang jujur, layak, dan tulus yang akan membangun kembali Khilafah Islam yang benar (Kekhalifahan) sesuai metode Nabi (saw), membebaskan wilayah yang diduduki, menyatukan kembali tanah Muslim, menerapkan kembali Syariah Islam dan membawa cahaya Islam ke seluruh dunia.

Ditulis oleh Faiq Najah

Sumber: hizb-ut-tahrir.info

Share artikel ini: