Buntut Penistaan Nabi, IMuNe: Para Penguasa Negeri Muslim Mestinya Malu
Mediaumat.id – Terlepas kontroversi yang muncul, tewasnya pendukung penghinaan atas Nabi Muhammad SAW di tangan dua individu Muslim di India, menurut Direktur Institute Muslimah Negarawan (IMuNe) Dr. Fika Komara semestinya menjadikan para penguasa negeri Muslim malu.
“Penguasa (negeri) Muslim yang memiliki pasukan militer yang diperhitungkan justru malah memilih diam, ini ironis. Apakah tidak ada lagi rasa malu?” ujarnya kepada Mediaumat.id, Sabtu (2/7/2022).
Artinya, terkesan para penguasa negeri Muslim tega menyerahkan wibawa Islam hanya kepada tangan Muslim jelata yang terlebih menurutnya, iman di dada dua pelaku dimaksud masih menyala untuk bisa mempertahankan kehormatan junjungannya, Muhammad SAW,
Lebih lanjut, ia menerangkan, konflik antara umat Muslim dan Hindu di India sudah sedemikian dalam, baik secara horizontal (sesama warga) maupun vertikal (rezim BJP vs Muslim). “Ini menunjukkan islamofobia di India memang berada di level mematikan,” tukasnya.
Dengan kasus tersebut, makin menunjukkan pula hilangnya wibawa Muslim berikut ajaran Islamnya yang berdampak banyak pihak dengan mudah menghina kehormatan ajaran Islam bahkan baginda Nabi SAW.
“Tidak ada yang mereka takuti. Wibawa dan izzah (keagungan) Islam tersisa di level individu saja,” sesalnya.
Adalah Kanhaiya Lal, seorang umat Hindu di Kota Udaipur, Negara Bagian Rajashtan, India, tewas dengan kondisi kepala dipenggal setelah sebelumnya berbagi unggahan media sosial yang mendukung penghinaan Nupur Sharma, politikus partai berkuasa BJP, terhadap Nabi Muhammad SAW.
Seperti diketahui, video pemenggalannya beredar luas di media sosial Selasa (28/6/2022). Tak ayal peristiwa itu menjadi kontroversial setelah itu. Ditambah di dalam video yang beredar, para pemenggal juga mengancam akan mengambil nyawa Perdana Menteri (PM) India, Narendra Modi dan Nupur Sharma.
Melihat itu, sambung Fika, para penguasa negeri Muslim terutama di sekitaran India, Pakistan misalnya, memang tak cukup mengecam dan mengutuk saja terhadap penghinaan yang dilakukan kepada Nabi SAW.
Dengan kata lain, sikap itu tidak akan pernah berhasil menghentikan rezim Modi dan konflik berdarah secara horizontal. “Kerahkan kekuatan riil yakni militer!” tegasnya.
Sebagaimana penerapan sistem pemerintahan Islam selama sepuluh abad di sana, salah satu peristiwa sejarah yang paling menonjol, ketika Raja Dahir, seorang raja Hindu di Sindhi, menawan rombongan pedagang Muslim termasuk perempuan dan anak-anak pada tahun 711 M.
“Tanpa ragu Khalifah al-Walid bin Abdul Malik mengirim dua puluh ribu pasukan tangguh di bawah kepemimpinan seorang Jenderal Besar Muslim Muhammad bin Qasim untuk menyelamatkan mereka,” ungkapnya.
Maka itu, Fika menuturkan, semestinya umat Islam, terlebih para penguasanya juga belajar dari sejarah tersebut. “Untuk menyelamatkan rakyat biasa saja seorang Khalifah menunjukkan wibawa Islam yang luar biasa, apalagi jika kemuliaan Rasulullah SAW yang dinodai,” tandasnya.
“Inilah junnah dan wibawa Islam, yang akan menjunjung kehormatan Nabi dan melindungi umat Muhammad dari segala bentuk penindasan dan penjajahan,” pungkasnya.[] Zainul Krian