[Buletin Kaffah] Hikmah di Balik Wabah

[Buletin Kaffah No. 136, 16 Sya’ban 1441 H-10 April 2020 M]

WABAH pandemik virus Corona (Covid-19) hingga hari ini masih menggemparkan publik dunia. Jumlah korban tiap hari terus bertambah. Dunia dicekam kecemasan. Takut dengan kecepatan penyebarannya yang tidak terduga. Apalagi hingga saat ini belum ada obat dan vaksin untuk mengatasi virus tersebut.

Otoritas Cina mengatakan bahwa virus yang menyebar dengan cepat ini pertama kali ditemukan di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina pada akhir Desember 2019. Kuat dugaan virus Corona (Covid-19) berasal dari hewan liar yang dijual bebas di Huanan Seafood Market di pusat Kota Wuhan.

Huanan Seafood Market diketahui menjual berbagai makanan ekstrem dan unik. Mulai dari anak srigala, buaya, burung merak, daging unta, kelelawar, musang, rubah, salamander raksasa, tikus hingga ular. Berbagai jenis binatang tersebut masih erat kaitannya dengan pandemi sebelumnya, yaitu Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Diduga virus Corona ini tersebarkan melalui sup kelelawar yang menjadi makanan populer di Wuhan (Detik.com, 29/1/2020).

Di Amerika Serikat, jumlah korban jiwa hingga Selasa (7/4) mencapai 10.923 orang. Berdasarkan data dari Johns Hopkins University, virus Covid-19 telah menginfeksi 368.079 di AS. Sebanyak 29.887 kasus baru terdeteksi di AS dan 1.265 kematian pada hari Senin kemarin. AS kini menjadi negara dengan kasus Corona terbanyak di dunia.

Seperti dilansir dari CNN, Covid-19 telah menyebar di 50 negara bagian dan wilayah AS lainnya. Kematian paling banyak dilaporkan di New York dengan 3.485 korban meninggal.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump memperkirakan dua pekan ke depan akan menjadi masa-masa yang berat melawan pandemi virus Corona. “Ini mungkin akan menjadi minggu terberat pada minggu ini dan minggu depan. Sayangnya, akan ada banyak kematian,” kata Trump di Gedung Putih, Sabtu (4/4).

Di Indonesia, hingga Minggu 22 Maret 2020, jumlah positif terjangkit virus Corona sebanyak 514 orang. Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, mengungkapkan bahwa DKI Jakarta termasuk yang paling parah dengan 307 terkonfirmasi, 22 sembuh dan 29 meninggal (JPNN.com).

Sikap Menghadapi Musibah

Wabah pandemik virus Corona adalah termasuk musibah yang Allah SWT timpakan kepada manusia. Bagi orang Mukmin musibah ini adalah ujian kesabaran. Bagi kaum fasik musibah ini adalah peringatan agar segera sadar dan kembali ke jalan Allah SWT.

Seorang Mukmin tidak akan mencela keberadaan pandemik Corona. Ia sadar bahwa virus Covid-19 adalah salah satu di antara sekian banyak makhluk ciptaan Allah Yang Mahakuasa. Ia yakin bahwa tidak ada satu pun dari makhluk ciptaan-Nya yang sia-sia dan tidak berguna. Semua pasti ada manfaatnya. Di Antara manfaatnya adalah sebagai ujian keimanan dan kesabaran. Allah SWT berfirman:

رَبَّنا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Duhai Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau. Karena itu peliharalah kami dari siksa Neraka (TQS Ali Imran [3]: 191).

Kemunculan wabah Corona yang sangat mengerikan seharusnya makin menjadikan kaum Mukmin taat kepada Allah SWT dan makin khusyuk beribadah kepada-Nya. Tentu karena mereka sadar betapa dekatnya kematian pada tiap-tiap diri manusia. Mereka khawatir, barangkali masih ada makanan haram yang ia konsumsi. Mereka takut, barangkali masih ada pemikiran-pemikiran sesat yang ia emban dan perilaku-perilaku menyimpang sebelum ia mati.

Allah SWT berfirman:

إِنَّ اللّٰهَ لَا يَسْتَحْيِ اَنْ يَّضْرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوْضَةً فَمَا فَوْقَهَاۗ فَاَمَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا فَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْۚ

Sungguh Allah tidak segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah (kecil) dari itu. Adapun orang-orang beriman, mereka yakin bahwa semuanya itu merupakan satu kebenaran dari Tuhan mereka (QS al-Baqarah [2]: 26).

Begitulah sikap orang Mukmin. Berbeda dengan orang-orang kafir dan fasik. Mereka justru banyak mengeluh dan mengumpat. Mereka tidak sadar, bahkan mungkin juga tidak yakin, bahwa semuanya itu adalah peringatan bagi mereka, agar mereka segera sadar dan bertobat kepada Allah SWT. Mereka enggan untuk mengaitkan berbagai kejadian alam dengan peringatan dari Allah Yang Mahaperkasa. Bagi mereka, semuanya itu hanyalah fenomena alam biasa yang tidak ada kaitannya dengan amal perbuatan manusia.

Allah SWT berfirman:

وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلًا يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلَّا الْفَاسِقِينَ (26) الَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

Akan tetapi, mereka yang kafir mengatakan, “Apakah tujuan Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?” Dengan itu banyak orang yang Allah sesatkan dan dengan itu (pula) banyak orang yang Dia beri petunjuk. Tidak ada yang Allah sesatkan kecuali kaum yang fasik, (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh; yang memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya; dan yang membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah kaum yang merugi (TQS al-Baqarah [2]: 26-27).

Terkait ayat di atas, Said meriwayatkan dari Qatadah, bahwa Allah SWT tidak segan, demi perkara yang haq, untuk menciptakan sesuatu hal, baik yang kecil maupun yang besar. Sungguh ketika Allah SWT menyebutkan di dalam Kitab-Nya mengenai lalat dan laba-laba, orang-orang yang sesat mengatakan, “Apakah tujuan Allah menyebut hal itu?” Allah pun menurunkan firman-Nya (yang artinya): Sungguh Allah tidak segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu (Tafsir Ibnu Katsir, QS al-Baqarah [2]: 26).

Pelajaran yang Harus Diambil

Seharusnya manusia sadar bahwa betapa lemahnya mereka. Jangankan menghadapi Allah Yang Mahabesar. Menghadapi makhluk ciptaan-Nya yang paling kecil sekalipun mereka sudah tak berdaya. Seharusnya manusia sadar, sesuatu yang tidak kasatmata bukan berarti tidak ada dan tidak akan pernah ada. Sebagaimana virus Corona, pembalasan dari Allah SWT pun pasti ada bagi mereka, baik yang beriman maupun yang kafir. Jangankan rakyat biasa, para penguasa pun banyak yang tidak berdaya menghadapi Corona.

Kemunculan wabah pandemik Corona tidak terlepas dari paham kebebasan yang banyak meracuni masyarakat. Banyak di antara mereka yang tidak lagi memperhatikan perkara halal dan haram. Semua makanan dikonsumsi asalkan kenyang. Tidak lagi memperhatikan haq ataupun batil suatu pemikiran dan perbuatan. Semua dilakukan dengan mengatasnamakan “sesuai perkembangan zaman”. Lebih parahnya lagi, banyak pula di antara mereka yang merendahkan syariah Islam, bahkan menolak penegakannya. Itulah prinsip kebebasan yang dianut kaum liberal.

Orang-orang yang berakal seharusnya menyadari bahwa wabah virus Corona yang sangat mengerikan itu adalah peringatan dari Allah SWT. Tentu agar manusia tidak menomorsatukan dunia dan menomorduakan Hari Pembalasan. Agar manusia tidak menjunjung tinggi hukum-hukum konstitusi dan mencampakan hukum-hukum Ilahi. Allah SWT berfirman:

وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنَ الْعَذَابِ الْأَدْنَى دُونَ الْعَذَابِ الْأَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Sungguh Kami menimpakan kepada mereka sebagian azab yang dekat (peringatan di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat). Mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar) (QS as-Sajdah [32]: 21).

Khusus kepada para penguasa, di tengah wabah saat ini, hendaknya Anda tidak berbuat makar kepada Allah SWT, dengan menentang penegakan syariah-Nya, apalagi sampai menangkapi orang-orang yang memperjuangkannya. Jika itu yang Anda lakukan, cepat atau lambat Anda akan mendapat balasan berupa azab dari Allah SWT.

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا فِي كُلِّ قَرْيَةٍ أَكَابِرَ مُجْرِمِيهَا لِيَمْكُرُوا فِيهَا ۖ وَمَا يَمْكُرُونَ إِلَّا بِأَنْفُسِهِمْ وَمَا يَشْعُرُونَ

Demikianlah Kami mengadakan pada tiap-tiap negeri para penjahat besar agar mereka melakukan tipudaya di dalam negeri itu. Mereka tidak memperdaya melainkan dirinya sendiri, sedangkan mereka tidak menyadarinya(QS al-An’am [6]: 123).

Anda sekalian, para penguasa, jika tetap berpaling dari Allah SWT dan menentang syariah-Nya, pasti akan menjadi manusia hina. Bukan hanya di akhirat, di dunia pun Anda akan menjadi hina ketika pangkat dan jabatan sudah tidak lagi dalam genggaman. Tentu mudah saja bagi Allah SWT melakukan semuanya, sebagaimana mudahnya Allah SWT menggemparkan dunia dengan wabah Corona saat banyak negara-negara adidaya bersikap pongah.

وَإِذَا جَاءَتْهُمْ آيَةٌ قَالُوا لَنْ نُؤْمِنَ حَتَّى نُؤْتَى مِثْلَ مَا أُوتِيَ رُسُلُ اللَّهِ اللَّهُ أَعْلَمُ حَيْثُ يَجْعَلُ رِسَالَتَهُ سَيُصِيبُ الَّذِينَ أَجْرَمُوا صَغَارٌ عِنْدَ اللَّهِ وَعَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا كَانُوا يَمْكُرُونَ

Jika datang sesuatu ayat kepada mereka, mereka berkata, “Kami tidak akan beriman sehingga diberikan kepada kami yang serupa dengan apa yang telah diberikan kepada utusan-utusan Allah.” (Padahal) Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan. Orang-orang yang berdosa nanti akan ditimpa kehinaan di sisi Allah dan siksa yang keras disebabkan mereka selalu membuat tipudaya (TQS al-An’am [6]: 124). []

Hikmah:

Allah SWT berfirman:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Telah nyata kerusakan di darat dan di laut karena ulah tangan manusia, supaya Allah menimpakan sebagian akibat dari perbuatan (maksiat) mereka, agar mereka kembali (kepada Allah).
(TQS ar-Rum [30]: 41). []

Share artikel ini: