Bukan Petani, Moeldoko Harusnya Kritisi Perusahaan CPO Besar

 Bukan Petani, Moeldoko Harusnya Kritisi Perusahaan CPO Besar

Mediaumat.id – Analis Senior Pusat Kajian dan Analisis Data (PKAD) Fajar Kurniawan menilai, yang harus menjadi objek pertama untuk dikritisi oleh Moeldoko soal dampak keberlanjutan dari minyak sawit (crude palm oils/CPO) Indonesia adalah perusahaan besar yang berinvestasi sampai ratusan ribu hektare, bukan para petani.

“Justru perusahaan-perusahaan yang berinvestasi sampai ratusan ribu hektare itulah yang menjadi objek pertama untuk dikritisi,” ungkapnya kepada Mediaumat.id, Kamis (11/11/2021).

Karena menurutnya, petani-petani individu hanya berkisar puluhan hektar. “Kalau perusahaan-perusahaan besar ini secara akumulatif saya yakin angkanya di atas 10 juta hektare se-Indonesia,” ungkapnya.

Yang perlu dipastikan dari perusahaan-perusahaan tersebut adalah aktivitas perkebunan mereka tidak membawa dampak negatif bagi lingkungan dan sosial.

“Ini yang saya kira justru penting untuk terus disadarkan karena dalam praktiknya selalu ada kasus-kasus konflik antara perusahaan dan masyarakat, selalu saja ada komplain dari masyarakat terhadap perusahaan yang telah mencemari lingkungan yang dianggap telah meminggirkan hak-hak masyarakat setempat dan itu bukan satu dua kasus, banyak sekali kasus,” ungkapnya.

Menurut Fajar, jika tidak beroperasi secara ramah lingkungan dan sosial dampaknya luar biasa.

“Dari pembukaan saja, pembukaan itu betapa banyak kemudian yang menyisakan konflik dengan masyarakat setempat, mereka tidak menghargai masyarakat lokal yang sudah ada di situ, kemudian mereka meminggirkan masyarakat setempat sehingga pada akhirnya terganggu secara livelihood (penghidupan) mereka,” jelasnya.

Selain itu, menurutnya, perusahaan besar tersebut juga dapat merubah bentang alam yang dulunya mungkin lahan, hutan sekunder, kemudian mengkonversi itu menjadi perkebunan kelapa sawit yang monokultur. Sehingga, dapat menghilangkan flora dan fauna, bahkan sumber air.

Karena itu, menurutnya pemerintah harus memastikan bahwa perusahaan besar tadi mematuhi (Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO) bukan hanya sakedar tersertifikasi namun berdasarkan kesadaran bahwa memang dalam bisnis harus memperhatikan dampak lingkungan dan dampak sosial.

“Mereka harus menyelamatkan dengan melakukan konservasi, menjaga hutan yang punya nilai karbon tinggi, atau harus memperhatikan masyarakat yang ada di situ,” pungkasnya.[] Ade Sunandar

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *