Oleh: Abu Inas (Tabayyun Center)
قال بعض البلغاء: الحَسن الخُلُق من نفسه فِي رَاحة, وَ الناس منهُ فِي سَلامة, والسيئ الخلُق الناس منهُ فِي بَلاء, وَهُو من نفسه فِي عَناء.
Berkata beberapa ahli Balaghah; bahwa akhlak yang baik adalah (sikap) yang memebuat diri yang bersangkutan tenang dan orang lain selamat atas (perbuatan tersebut).
Sementara akhlak yang buruk adalah (perbuatan) yang membuat manusia mendapat bala dan (pelaku) akhlak buruk itu sendiri sesungguhnya sedang sakit (jiwa).
أدب الدنيا و الدين. للماوَرْدي
(Dari Kitab Adab Dunia dan Agama, Al Mawardi)
Penggalan maqalah singkat di atas menggambarkan betapa persoalan akhlak dalam pandangan Islam tidak hanya menyangkut persoalan individu, orang per orang, namun juga berkait dengan persoalan orang lain dalam sebuah masyarakat.
Akhlak yang baik dan mulia, selain akan membahagiakan dan membuat tebang pelaku, juga akan memberikan keselamatan kepada orang lain. Dan sebaliknya, jika seseorang melakukan akhlak yang buruk atau tercela, kerugian bukan hanya dirasakan oleh pelaku, namun orang lain atau masyarakat –yang bukan pelaku– akan menerima bala (musibah) dari perilaku buruk tersebut.
Umat tidaklah dibentuk oleh Akhlaq. Akan tetapi dibentuk oleh Aqidah yang dianutnya, pemikiran yang diembannya, serta sistem yang diterapkannya.
Anggapan bahwa umat dibentuk oleh akhlaq ini juga lahir dari pemahaman yang keliru mengenai definisi Masyarakat. Dikatakan bahwa Masyarakat merupakan sekumpulan individu manusia. Padahal masyarakat adalah sebuah kesatuan integral yang mencakup beberapa bagian, yaitu manusia (al insaan), pemikiran (al afkaar), perasaan (al masyaa’ir) dan sistem (al anzhimah).
Rusaknya masyarakat berasal dari kerusakan afkaar, masyaa’ir dan anzhimah tersebut. Bukan berasal dari kerusakan pribadi manusianya. Demikian juga perbaikan masyarakat hanya dapat dilakukan dengan memperbaiki afkaar, masyaa’ir dan anzhimah-nya. (Dari Kitab At Takattul Al Hizbiy, karya Asy Syaikh Taqiyuddin an Nabhaniy)
Karenanya, yang penting jadi pemahanan dan perhatian kita adalah solusi bagi persoalan akhlak bukan sekedar nasehat, ceramah yang dilakukan oleh individu pengemban dakwah.
Justru Sistem dan Negara adalah yang paling efektif dan bertanggung jawab untuk menumbuhsuburkan akhlak yang baik, sekaligus memberantas akhlak yang buruk.
Sebab rahasianya adalah, bahwa akhlak buruk dan manusia yang sakit jiwa, terlahir dari sistem yang buruk seperti sistem Demokrasi atau Sistem Sosialis Komunis. Sementara manusia yang agung dan mulia terlahir dari sistem dan masyarakat yang mulia, sistem Islam.[]