Brutalisme di Acara FTA Menunjukkan Watak Asli Demokrasi Oligarki
Mediaumat.info – Menanggapi aksi pembubaran paksa oleh sekelompok orang tak dikenal terhadap acara diskusi yang diselenggarakan oleh Forum Tanah Air (FTA), Sabtu, 28 September 2024 lalu, Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB) Dr. Ahmad Sastra, menilai brutalisme merupakan watak asli demokrasi oligarki.
“Brutalisme yang terjadi di acara FTA itu justru merupakan watak asli demokrasi oligarki,” ujarnya kepada media-umat.info, Senin (30/9/2024).
Ia menjelaskan, orang-orang yang melakukan perusakan di tengah acara FTA yang mengkritik kekuasaan adalah orang-orang yang sangat mungkin disuruh dan dikendalikan oleh aktor intelektual.
“Para pembubar itu juga sangat mungkin dibayar oleh orang di balik layar,” tengarainya.
Menurutnya, kritik atas kekuasaan memang akan sangat mengganggu penguasa dan oligarki. Padahal mengoreksi penguasa yang telah melakukan penyimpangan adalah merupakan kebaikan dan bahkan kewajiban.
“Dulu para Nabi seperti Nabi Musa mengoreksi Firaun, Nabi Ibrahim mengoreksi Namruz, dan Nabi Muhammad mengoreksi Abu Jahal. Ketiganya adalah penguasa yang menyimpang dari ajaran Islam,” bebernya.
Ia memandang, amar ma’ruf nahi mungkar adalah salah satu kewajiban utama bagi seorang Muslim.
“Istilah ini berasal dari bahasa Arab, amar ma’ruf berarti memerintahkan yang baik, dan nahi munkar berarti mencegah yang buruk atau mungkar,” terangnya.
Secara teologis, konsep ini sangat penting dalam ajaran Islam dan merupakan bagian dari tanggung jawab sosial dan moral setiap Muslim untuk menjaga kebaikan dan mencegah keburukan di lingkungan mereka.
“Ini diperintahkan dalam Al-Qur’an dan ditegaskan melalui hadits-hadits Nabi Muhammad,” jelasnya.
Ada banyak ayat dalam Al-Qur’an yang memerintahkan umat Islam untuk menjalankan amar ma’ruf nahi mungkar.
“Beberapa di antaranya adalah di surah Ali ‘Imran (3: 104): “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung,” kutipnya.
Selain Al-Qur’an, lanjutnya, Rasulullah Muhammad SAW juga banyak mengajarkan pentingnya menjalankan amar ma’ruf nahi mungkar dalam hadits.
“Dari Abu Sa’id al-Khudri, Rasulullah SAW bersabda, ‘Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; jika tidak mampu juga, maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemah iman,” ujarnya mengutip hadits HR Muslim.
Kewajiban Muslim
Menurutnya, kewajiban Muslim dalam amar ma’ruf nahi mungkar setidaknya bisa dilihat dari tiga aspek.
Pertama, tanggung jawab kolektif. Kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar tidak hanya berlaku pada individu, tetapi juga pada level sosial. “Dalam sebuah masyarakat Muslim, harus ada upaya bersama untuk mendorong kebaikan dan menghentikan keburukan,” jelasnya.
Kedua, tahapan dalam menegakkan amar ma’ruf nahi munkar bisa melalui tangan (kekuasaan), melalui lisan dan terakhir melalui hati (doa dan ketidaksukaan).
“Bagi yang memiliki kekuasaan, seperti pemimpin atau orang yang memiliki otoritas, yang dapat mengubah kemungkaran dengan tindakan langsung, seperti penegakan hukum atau aturan,” terangnya.
Apabila seseorang tidak memiliki kekuasaan, sambungnya, bisa menggunakan lisan untuk memberikan nasihat dan peringatan, mengajak kepada kebaikan dan memperingatkan dari keburukan.
Ketiga, sikap dan metode yang bijaksana dalam beramar ma’ruf nahi mungkar. [] ‘Aziimatul Azka
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat