BPIP, Hoax Terbesar Bisa Dari Penguasa

Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi meminta para produsen dan penyebar hoaks untuk menghentikan kebiasaan buruknya tersebut. Karena akibat informasi yang sesat dan bohong, masyarakat justru menjadi tertipu. Hal itu ia sampaikan dalam tayangan bincang-bincang di TVRI dalam memperingati Hari Lahir Pancasila.

“Marilah kita yang suka bikin hoaks itu menghentikan yang begitu-begitu karena ini akan menipu masyarakat, menipu diri kita sendiri, yang jika kita lepas kontrol maka akan terjadi apa yang tidak pernah kita inginkan,” kata Yudian, Senin (1/7/2020).

Komentar:

Pernyataan Kepala BPIP amat menyedihkan, seperti kata peribahasa; kuman di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tak tampak. Ada baiknya Kepala BPIP menelaah arti hoaks. Menurut situs https://kbbi.kemdikbud.go.id pengertian hoaks adalah informasi bohong (https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/hoaks).

Lalu sudahkah BPIP memvalidasi berbagai pernyataan dan data yang disampaikan pemerintah pada publik? Berapa prosentase yang valid dan yang bertolak belakang dengan kenyataan? Misalnya kebijakan new normal yang diserukan pemerintah apakah sesuai dengan realita penularan covid-19 di tanah air? Apakah memang kurva penularan itu sudah landai ataukah justru tengah naik? Bukankah seharusnya pengambilan kebijakan ‘new normal’ sesuai dengan data-data di lapangan, yakni kurva sudah melandai sehingga warga bisa melakukan berbagai aktivitas kembali? Bila ternyata berbeda, bukankah berarti ini pemerintah mengambil kebijakan berdasarkan informasi palsu?

Begitupula pernyataan Presiden Jokowi bahwa RI memiliki uang Rp 11.000 triliun, dan data-data nama pemilik uang tersebut sudah dimiliki pemerintah, lalu mengapa justru utang luar negeri RI terus bertambah? Andai Kepala BPIP mau, niscaya akan mendapatkan banyak pernyataan dan janji pemerintah yang tidak sesuai kenyataan.

Benar, menyebarkan hoaks adalah tindakan tercela, haram menurut agama. Namun memberikan penafsiran yang beda terhadap kata ‘hoaks’ untuk membela kepentingan penguasa lalu memberangus pihak yang kritis, sama artinya melanggengkan tirani. Realita itu yang kini terjadi. Bukan hoaks.[]

Share artikel ini: