Mediaumat.info – Pengakuan tentang segelintir pengusaha yang menguasai satu per tiga ekonomi Indonesia, dinilai sebagai sikap sangat arogan.
“Luar biasa, sangat arogan,” ujar Anthony Budiawan, Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS) dalam keterangan tertulis yang diterima mediaumat.info, Kamis (25/1/2024).
Untuk diketahui sebelumnya, pernyataan itu disampaikan Pengusaha Garibaldi Thohir atau Boy Thohir dalam acara Relawan Erick Thohir Alumni Amerika Serikat di Plaza Senayan, Jakarta, Senin (22/1) malam, dalam rangka memenangkan salah satu capres cawapres di pilpres tahun ini.
“Walaupun kami jumlahnya sedikit, tapi ya di ruangan ini mungkin sepertiga perekonomian Indonesia ada di sini,” kata Boy.
“Mulai dari Djarum Group, Sampoerna Group, Adaro Group, siapa lagi, pokoknya grup-grup semua ada di sini, ada Ninin, the richest wanita in Indonesia, dan semuanya Pak,” imbuh dia.
Tak ayal, Anthony pun menyebut segelintir pengusaha berikut penguasaan terhadap sepertiga ekonomi Indonesia yang berarti senilai kurang lebih Rp7.000 triliun tersebut, sebagai kaum oligarki.
Padahal di sisi lain wajah Indonesia terdapat sekitar 168 juta penduduk atau sekitar 60 persen dari populasi (2022), hidup dalam kemiskinan yang menurutnya, memperoleh maksimal 10 persen ekonomi negeri ini.
“Sungguh kontras. Sebuah kesenjangan sosial yang sangat memilukan, tapi dibanggakan oleh Boy Thohir dan kroni oligarkinya,” ucapnya prihatin.
Berbahaya
Karena itu, manuver dan pernyataan Boy Thohir yang mewakili oligarki tersebut sangat berbahaya. Pasalnya, oligarki di bawah koordinasi Boy Thohir secara terang-terangan masuk dalam politik praktis, bukan lagi hanya sekadar pemberi sumbangan dana kampanye.
Dengan kata lain, Boy Thohir dan kroni oligarkinya secara terang-terangan menabuh genderang perang terhadap rakyat Indonesia yang menurut Anthony bisa memicu konflik antar ‘kelas’, yakni kelas oligarki melawan rakyat jelata (buruh, petani, nelayan, pekerja informal, dsb.).
Tak hanya itu, penguasaan satu per tiga ekonomi nasional pula dinilai belum cukup bagi Boy Thohir dan kroni oligarkinya, sehingga mereka harus masuk politik praktis dan menguasai pemerintah Indonesia secara langsung.
“Apakah mereka lupa, bahwa sebagian besar dari mereka, bisa menjadi kaya raya karena menguasai pertambangan mineral dan batu bara, yang notabene adalah milik rakyat Indonesia, yang dibiarkan miskin?” cetusnya.
“Atau menguasai lahan perkebunan yang sangat luas, yang notabene juga milik rakyat Indonesia, dan seharusnya bisa dijadikan lahan pertanian untuk dikelola oleh petani?” imbuhnya.
Tetapi, dikarenakan sifat yang memang serakah, mereka kaum oligarki telah dengan mudah melupakan itu semua. “Mereka berpikir itu adalah hak mereka. Jadi, mereka harus diperingatkan!” pungkas Anthony. [] Zainul Krian