Mediaumat.id – Pengamat Hubungan Internasional Budi Mulyana menilai boikot Amerika Serikat (AS), Australia, Kanada kemudian diikuti oleh Inggris, pada olimpiade Beijing merupakan bagian dari strategi negara-negara Barat menekan Cina.
“Boikot ini adalah bagian dari strategi negara-negara Barat untuk menekan Cina dengan menggunakan isu hak asasi manusia (HAM) terkait kasus di Uighur,” tuturnya kepada Mediaumat.id, Jumat (10/13/2021).
Namun, menurutnya boikot itu adalah boikot yang terukur, karena faktanya hanya boikot diplomatik, pejabat negara tidak menghadiri olimpiade musim dingin, bukan menarik semua atletnya untuk tidak hadir pada olimpiade tersebut.
Isu yang diangkat oleh mereka (Amerika, dkk) untuk menekan Cina pada olimpiade tersebut adalah isu genosida yang dilakukan oleh Cina terhadap Muslim Uighur. Meskipun, lanjut Budi, menggunakan perspektif HAM internasional sebenarnya seringkali menunjukkan standar ganda negara-negara Barat dalam menilai apa yang mereka sebut sebagai pelanggaran HAM.
Di saat negeri-negeri Barat melakukan boikot diplomatik dengan isu genosida yang dilakukan oleh Cina terhadap Muslim Uighur, justru negeri-negeri Muslim tak tergerak sedikit pun. Namun, Budi melihat dalam dua hal. Pertama, memang mayoritas negeri-negeri Muslim bukan peserta olimpiade Musim Dingin, karena mereka tinggal di daerah tropis yang tidak memiliki musim dingin.
Kedua, karena memang isu HAM seringkali dinilai multitafsir, sesuai dengan kepentingan yang mengusungnya. Kesejalanan terhadap isu ini, seringkali juga menunjukkan posisi dari negara tersebut terhadap isu yang diangkat.
Meskipun, ungkap Budi, negeri-negeri Barat melakukan boikot diplomatik, namun keberadaan Cina sesungguhnya masih dibutuhkan.
“Secara politis pun keberadaan Cina masih dalam posisi yang dibutuhkan oleh Barat untuk tetap berperan dalam kancah global, selama sejalan dengan kepentingan Barat,” pungkasnya.[] Ade Sunandar