Itu di antara pertanyaan yang muncul dalam Diskusi Media Umat pada Rabu, 26 Desember 2018 di Jakarta yang lalu.
Pertanyaan yan menarik karena banyak orang merasa takut karena harus ketergantungan kita pada China.
Jawabannya, tegas: Bisa!
Mengapa?
Dari sisi keyakinan, kita telah diajari bahwa tidak ada yang lebih besar daripada-Nya. Lalu mengapa kita takut menghadapi musuh-musuh-Nya?
Cukuplah bagi kita dengan janji Allah Swt dengan firman-Nya:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ [محمد: 7]
Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu (QS Muhammad [47]: 7).
Takut miskin? Allah Swt juga telah berfirman:
وَإِنْ خِفْتُمْ عَيْلَةً فَسَوْفَ يُغْنِيكُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ إِنْ شَاءَ [التوبة: 28]
Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberimu kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki (QS al-Taubah [9]: 28).
Dengan demikianm tidak boleh ada yang kita takuti ketika kita menjalankan perintah-Nya dan memperjuangkan agama-Nya.
Dari faktual, umat Islam adalah umat yang besar. Jumlahnya lebih dari 1,2 milyar. Tentaranya banyak, militernya kuat. mereka adalah umat pemberani yang sanggup mengorbankan apa pun, termasuk nyawa mereka untuk memperjuangkan Islam.
Umat Islam juga menempati wilayahnya luas. Kekayaan alamnya melimpah. Banyak sumber daya alam, termasuk bahan bakar yang sangat dibutuhkan dalam industri.
Dengan kondisi demikian, Jelaslah, persoalan sebenarnya bukan bisa atau tidak. Namun, yang justru penting berani atau tidak. Dan ketika itu dilakukan, sebenarnya merekalah yang takut. Bukan kita. Sebab, mereka sangat membutuhkan sumber daya alam yang menjadi bahan baku indutsri mereka. Kita memiliki sumber bahan bakar untuk menggerakkan industri mereka. Dan ingat, selama ini umat inilah yang menjadi pangsa pasar bagi hasil industri mereka.
Sekarang kita memang lemah. Itu karena umat Islam belum bersatu dalam satu kepemimpinan. Satu kekuasaan. Ketika umat Islam bersatu dalam satu kepemimpinan, maka akan memiliki kekuatan yang dahsyat sebagiamana pernah terjadi di masa silam. Bahkan bisa menjadi adidaya yang tak terkalahkan.
Dalam demikian, umat Islam bukan hanya bisa memutuskan hubungan diplomatik dengan China. Menekan mereka untuk tidak berbuat macam-macam terhadap Muslim Uighur pun bisa. Jika mereka tidak mengindahkannya, bisa dilakukan dengan tindakan tegas, yakni Jihad fi sabilillah! Bahkan, tidak hanya menyelamatkan Muslim Uighur saja, namun bisa melakukan futuhat terhadap negara komunis tersebut.
Di sinilah kita menemukan relevansi realitas ini dengan urgensi tegaknya Khilafah bagi umat Islam. Dengan Khilafah, umat Islam seluruh diunia dapat diperstukan. Dengan Khilafah, umat Islam dapat terlindungi dari musuh-musuhnya. Dengan Khilafah, Islam bisa diemban ke seluruh dunia dengan dakwah dan jihad. Dengan Khilafah, futuhat ke negara-negara kafir dapat dilakukan sehingga membebaskan penduduknya dari cengkerman dan kungkungan rezim kafir dan sistem kafir yang merusak dan memperbudak mereka.
Jelaslah, tidak ada yang perlu ditakuti dalam menghadapi Komunis China yang menindas kaum Muslimin di Uighur. Namun harus dicatat dengan garis tebal:
Ketika semua itu dilakukan untuk memenuhi perintah Allah Swt untuk menolong dan membantu kaum Muslimin yang sedang dizalimi dan ditindas oleh kaum kafir;
Dan dilakukan sesuai dengan tuntunan syariah yang telah ditetapkan-Nya. Yakni, bersatu dalam satu kepemimpinan: Khilafah Islamiyyah. WaL-lah a’lam bi al-shawab.