Biden Dukung Zionis Gegara Dapat Sokongan Besar Yahudi? Pengamat: Bukan Rahasia Lagi

 Biden Dukung Zionis Gegara Dapat Sokongan Besar Yahudi? Pengamat: Bukan Rahasia Lagi

Mediaumat.id – Sebuah analisis yang menyebut Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden sebelumya telah mendapatkan sokongan terbesar dari kelompok pro-entitas penjajah Yahudi, sehingga menjadi alasan dirinya sekarang berpihak ke sana, dinilai benar adanya.

“Bukan rahasia lagi,” ujar Pakar Hubungan Internasional Hasbi Aswar, Ph.D. kepada Mediaumat.id, Sabtu (4/11/2023).

Malahan, dilansir dari sebuah pemberitaan, Biden menyebut dirinya seorang Zionis. Pernyataan ini ia lontarkan saat melakukan pertemuan tertutup dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pekan lalu.

“Saya tidak percaya seseorang harus menjadi Yahudi untuk menjadi Zionis dan saya seorang Zionis,” kata Biden (29/10) dikutip dari mantan pejabat AS.

Dengan demikian, kata Hasbi lebih lanjut, hal ini menunjukkan jaringan dan lobi Yahudi terhadap penyelenggara pemerintahan AS, sangat kuat dengan modal besar yang mereka miliki.

Padahal, masih menurut sumber lain, Biden bukan seorang Yahudi. Ia merupakan keturunan Katolik Irlandia. Namun, sejak lama Biden disebut menunjukkan ketertarikannya kepada Zionis Yahudi.

Apalagi setelah serangan Hamas 7 Oktober, yang menjadi insiden terburuk bagi entitas penjajah Yahudi selama 80 tahun terakhir.

Lantas terkait sokongan dimaksud, analisis lainnya menyebutkan bahwa ketika menjadi anggota senat AS, Biden mendapatkan sumbangan terbesar dari kelompok pro-entitas penjajah Yahudi. Dikutip dari data Open Secrets, selama 36 tahun menjabat Senat, diperkirakan menerima USD4,2 juta sumbangan dari kelompok tersebut.

Akibatnya, saat menjabat wakil presiden (2009-2017), Biden kerap menjadi penengah dalam hubungan sensitif antara Barack Obama dan Netanyahu, yang memang dikatakan kerap tak akur.

Faktor Lain

“Meskipun demikian, ada banyak faktor lain yang membuat Amerika Serikat akan selalu menjadikan Israel sebagai aliansi strategisnya di Timur Tengah,” sambung Hasbi.

Pertama, secara ideologis entitas penjajah Yahudi memiliki kesamaan dengan AS yang pada dasarnya liberal dan pragmatis.

“Bagi Amerika, hanya Israel satu-satunya yang dapat dipercaya untuk menjadi mitra kerjasama keamanan di Timur Tengah,” ungkapnya.

Itulah sebabnya, tambah Hasbi, sejak awal berdiri sampai saat ini lebih dari USD100 miliar yang telah AS gelontorkan untuk mendukung eksistensi dan pertahanan entitas penjajah Yahudi.

Kedua, dikarenakan keberadaan wilayah Timur Tengah memang tepat di jantung dunia yang menghubungkan Benua Asia, Afrika, dan Eropa. “Wilayah ini memiliki jalur perdagangan laut dan darat yang sangat dibutuhkan dunia,” ungkapnya.

Tak hanya itu, tambah Hasbi, wilayah Timur Tengah secata fakta memiliki cadangan minyak dan gas terbesar di dunia.

Ketiga, posisi strategis Timur Tengah membuat wilayah Palestina ini sejak dahulu diperebutkan oleh imperium-imperium besar sampai sekarang ini.

Untuk diketahui, wilayah Timur Tengah berhubungan langsung dengan Rusia dan Cina yang saat ini, kata Hasbi, menjadi penantang baru AS. Belum lagi, kelompok-kelompok politik dan pejuang seperti Al-Qaeda, Hamas, Hizbullah, yang selalu berpotensi mengancam kepentingan AS di Timur Tengah.

Karenanya, dengan melihat beberapa poin ini, bagi AS, hanya entitas penjajah Yahudi yang layak dipercaya dan diajak kerjasama untuk mengamankan kepentingannya di Timur Tengah, yang tentu saja melalui kekuatan intelijen dan militer.

Hasbi menambahkan, kondisi ini telah diakui oleh Biden sendiri, jauh sebelum menjabat sebagai presiden AS. Ketika masih menjabat wakil presiden kala itu, Biden menyebutkan bahwa dukungan ini bukan sekedar komitmen moral tetapi juga untuk kepentingan strategis AS.

Bahkan, seperti di dalam Forum American Israel Public Affairs Committee (AIPAC) atau Komite Urusan Publik Amerika Israel pada 3 April 2013 yang lalu, Biden berujar, jika belum berdiri Israel sebagai sebuah negara, AS harus menciptakannya.

“Menegaskan kembali komitmen kita terhadap negara Israel. Ini bukan hanya komitmen moral jangka panjang; ini adalah komitmen strategis. Israel yang merdeka, aman di perbatasannya sendiri, dan diakui dunia merupakan kepentingan strategis praktis Amerika Serikat. Saya pernah berkata ketika saya –saudara laki-laki Lonnie (sp) pernah berkata, jika tidak ada Israel, kita harus menciptakannya,” pungkas Hasbi, mengutip pidato Biden.[] Zainul Krian

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *