Biden dan Shehbaz Bermain Teater Politik Untuk Mengecoh Publik

 Biden dan Shehbaz Bermain Teater Politik Untuk Mengecoh Publik

Mediaumat.id – Pernyataan Presiden AS Joe Biden yang menyebut Pakistan “mungkin salah satu negara yang paling berbahaya di dunia” sebab memiliki “senjata nuklir tanpa keterpaksaan” dinilai Pengamat Politik Internasional Umar Syarifudin membuat Pakistan marah.

“Pemerintah Pakistan marah setelah Presiden Joe Biden mempertanyakan keamanan program nuklir Pakistan. Dalam pidatonya pada Kamis pekan lalu, Biden mengatakan Pakistan mungkin salah satu negara paling berbahaya di dunia karena memiliki senjata nuklir tanpa kohesi apa pun,” tuturnya kepada Mediaumat.id, Rabu (19/10/2022).

Umar mengatakan, Perdana Menteri (PM) Shehbaz Sharif gelisah, karena telah memberikan pelayanan yang besar kepada Amerika dalam politik dan kepemimpinan militer. “Shehbaz Sharif tidak menyangka bahwa semua pelayanan yang telah dia berikan kepada Amerika yang ada di belakangnya, tidak akan bermanfaat untuk dia dan Pakistan. Seolah-olah dia tidak menyadari bahwa siapa pun yang sampai ke pemerintahan dengan dukungan orang-orang penjajah sebagai agen mereka, maka dia menjadi seperti bidak catur bagi mereka, mereka memindahkannya sesuka mereka, bahkan mereka menjatuhkannya sesuka mereka jika tidak merealisasi kepentingan mereka tanpa menyimpang sedikit pun,” bebernya.

Menurut Umar, apa yang dilakukan Shehbaz Sharif adalah kebijakan khianat sesuai apa yang diinginkan oleh Amerika. “Dia ingin berdamai dengan India dan bahwa dia siap untuk berdialog daripada berkonfrontasi dengan Perdana Menteri India yang menunjukkan kebenciannya kepada Islam dan kaum Muslim, dan dia menghasut para pengikut Hindunya melawan kaum Muslim di India dan membatasi kaum Muslim dan tidak menerima kaum Muslim tinggal di negara mereka di India dan membatasi anak-anak perempuan mereka di sekolah dalam hal pakaian islami,” ungkapnya.

Kalau alasannya karena Pakistan dekat dengan Afghanistan, kata Umar, Amerika justru tidak akan berhenti mengintervensi negara mana pun termasuk Afghanistan. “Ya, Amerika tidak akan berhenti. Akan terus mengintervensi negara mana pun,” tegasnya.

Ia heran, mengapa para agen AS itu tidak mengambil pelajaran dan tidak kunjung paham. “Bahwa jika Amerika menggulingkan salah satu dari mereka, mereka bergegas merayu Amerika dan bersiap untuk memberikan pelayanan kepada AS sehingga mereka bisa sampai ke pemerintahan,” ujarnya.

“Para agen itu tidak berlepas diri dari Amerika sebaliknya bergegas dalam pelayanan itu agar Amerika mengembalikan mereka lagi ke pemerintahan jika Amerika menjatuhkan mereka! Amerika mengetahui bahwa mereka tidak sampai pada tingkat pemimpin politik yang benar-benar ideologis. Mereka hanya pencari jabatan, tidak lebih. Shehbaz Sharif tidak belajar, bagaimana Amerika dituding mengupayakan proyek-proyek penggulingan banyak rezim di banyak wilayah berkali-kali,” tambahnya.

Pemimpin Ideologis

Pelajaran yang dapat dipetik dunia Islam atas sikap hipokrit AS tersebut, kata Umar, umat ini harus menyadari hakikat jati diri pemimpin mereka dan kerusakannya. “Umat membutuhkan para pemimpin dan para politisi ideologis yang memiliki ideologi, yang merupakan ideologi Umat, yaitu Islam yang menyelesaikan semua persoalan secara mengakar dan benar. Merekalah yang akan menyelamatkan umat dan membangkitkannya serta menjadikannya negara adidaya dan bukan negara yang tunduk pada Amerika,” ungkapnya.

Menurutnya, Pakistan memenuhi syarat untuk menjadi negara adidaya yang kelak akan menjadi pelindung umat.

Umar menilai, sekaranglah saatnya untuk bangkit dan menghentikan agenda sekuler Barat yang rusak dan memperdaya, membawa penderitaan pada generasi yang akan datang dan umat secara umum, dan mengembalikan waktu ketika kaum Muslim unggul dalam peradaban dan memberi kontribusi yang sangat besar dalam perdamaian tanpa kompromi terhadap keimanannya.

“Kami telah melihat bahwa protes umat melawan tingginya kenaikan biaya hidup, maka pahamilah kekuatan yang umat miliki dan bahwa kekuatan ini dapat menggoncang tahta boneka penjajah,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *