Bicara Toleransi, UIY: Islam Sudah Lama Mewujudkannya

 Bicara Toleransi, UIY: Islam Sudah Lama Mewujudkannya

Mediaumat.id – Terkait toleransi, Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) menuturkan, Islam bukan sekadar memberi petunjuk teoritis tetapi sudah berbilang abad bisa mewujudkannya. “Berbicara tentang toleransi, sesungguhnya Islam bukan sekadar memberikan petunjuk teoritis bahkan sudah berbilang abad bisa mewujudkan toleransi,” bebernya dalam rubrik Fokus: Natal dan Tudingan Intoleransi, Ahad (25/12/2022) di kanal YouTube UIY Official.

Menurutnya, sejarah mencatat bahwa masyarakat Islam yang dibentuk bahkan sejak dari pertama oleh Baginda Rasulullah SAW sampai di masa Khilafah Utsmani seluruhnya adalah masyarakat plural. “Artinya selain Islam yang memimpin, hidup juga masyarakat yang beragama selain Islam, baik itu dari kalangan Yahudi, Nasrani, ataupun agama-agama yang lain,” ungkapnya.

Pluralitas atau keberagaman, lanjutnya, merupakan sesuatu yang sudah jamak terjadi bahkan mulai dari periode yang sangat awal dalam sejarah Islam. “Salah satu persoalan yang menjadi fokus di dalam masyarakat plural itu adalah soal toleransi itu. Islam sudah memberikan petunjuk sangat jelas tentang bagaimana membangun toleransi,” tandasnya.

Dua Petunjuk

UIY menjabarkan setidaknya ada dua petunjuk tentang bagaimana Islam membangun toleransi. Pertama, sama sekali tidak diperbolehkan memaksa orang lain untuk masuk ke dalam agama Islam dan harus menghormati pilihan agama setiap orang.

“Seyakin apa pun kita terhadap agama kita yaitu akidah Islam, kita tidak boleh memaksakan orang lain untuk meyakini apa yang kita yakini karena keyakinan itu hanya bisa terbit di atas kerelaan, persetujuan, dan pemahaman. Jadi bagaimana Islam tidak disebut toleran, wong Islam itu memberikan kebebasan beragama,” urainya.

Kedua, Islam memberikan penghormatan terhadap ibadah dan tempat ibadah agama lain, termasuk juga larangan untuk menghina atau mencaci maki Tuhan mereka. “Seburuk apa pun Tuhan mereka menurut pandangan kita, tetap tidak boleh direndahkan dan dicaci maki. Mengapa? Karena itu akan menjadi pangkal dari mereka balas mencaci maki Tuhan kita, Allah SWT,” ujarnya.

Atas dasar itu, UIY menegaskan umat Islam harus menghormati ibadah agama lain termasuk menghormati tempat ibadah orang-orang non-Muslim, baik itu gereja, sinagog atau yang lain. “Jangan lagi terjadi penghinaan di masa damai. Di masa perang saja itu tidak boleh dijadikan sebagai objek perang,” ucapnya.

Toleransi

UIY memberikan contoh gambaran toleransi yang sangat jelas di dalam Islam, sampai-sampai Karen Amstrong seorang penulis sangat terkenal menyebut dalam satu bukunya: The Just Enjoy Their Golden Age Under Islam in Andalusia, menyebut orang-orang Yahudi itu menikmati abad keemasannya di bawah Islam di Andalusia. Dalam buku tersebut menyebutkan sejarah mencatat Islam menguasai Andalusia, Spanyol, Portugal dan sekitarnya itu lebih dari 700 tahun.

“Artinya, sepanjang waktu itu pulalah orang Yahudi menikmati abad keemasan, bukan sekadar menikmati toleransi tapi menikmati juga kehidupan yang luar biasa. Kehidupan luar biasa nyaman itu berakhir setelah Islam kalah di sana. Terjadilah politik inkuisisi, ada 120.000 bahkan catatan sejarah yang lain menyebut 150.000 orang Yahudi terusir dari Andalusia. Dan lagi-lagi mereka diselamatkan oleh Islam, persisnya oleh Muhammad al-Fatih yang memberi tempat reservasi di Bukit Galata untuk orang Yahudi,” ungkapnya.

UIY menilai, aneh jika Islam diajari tentang arti toleransi padahal konsep Islam dan sejarah panjang peradaban Islam sudah memberi gambaran jelas tentang pelaksanaan toleransi yang sebenarnya. “Salah besar kalau toleransi itu harus diartikan dengan partisipasi. Ketika tidak berpartisipasi dalam upacara atau dalam perayaan agama lain lalu dibilang tidak toleran. Sesungguhnya yang menuduh tidak toleran karena kita tidak mau berpartisipasi itulah yang tidak toleran,” pungkasnya.[] Erlina

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *