Obat-obatan, pakaian, makanan, gas dan setiap kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup tidak mungkin diperoleh karena stok yang rendah atau harga yang sangat mahal saat mayoritas penduduk Mesir berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Harga gandum dan roti melonjak tinggi dengan industri biji-bijian sangat terpukul. Kenaikan harga energi dan bahan bakar telah memenuhi tagihan rumah tangga yang sangat mahal dan sedikit atau tidak ada uang yang tersisa untuk pengeluaran lain.
Ekonomi Mesir bergantung pada volume besar impor bersubsidi untuk memastikan pasokan roti dan minyak sayur yang cukup dan terjangkau 105 juta warganya. Mengamankan pasokan tersebut telah menjadikan Mesir menjadi importir gandum terbesar di dunia dan di antara 10 importir minyak bunga matahari terbesar di dunia. Namun, perang Rusia-Ukraina melambungkan harga-harga barang ke tingkat yang tidak berkelanjutan untuk rakyat Mesir, meningkatkan harga gandum dengan tambahan 44% dan minyak bunga matahari sebesar 32% hampir dalam semalam.
Mesir menjadi produsen utama gas dari ladang gas di wilayah Mediterania; Mesir telah menjadi negara yang melangkah untuk memompa gasnya ke Eropa sebagai alternatif untuk gas Rusia, yang berarti bahwa harga tabung gas untuk memasak di rumah telah meningkat begitu tinggi serta mempengaruhi semua sektor produktif yang sangat bergantung pada gas dan pemanasan untuk memproduksi dan merawat ternak yang pada dasarnya memberi makan rakyat Mesir. Saat keadaan menjadi lebih buruk, mata uang Mesir telah mencapai rekor terendah terhadap dolar dan tenggelam nilainya sebesar 20% sejak awal tahun, dan merupakan salah satu mata uang berkinerja terburuk di dunia tahun ini. Pound Mesir yang lemah telah memperburuk inflasi sebesar 15%, suatu tingkan tingkat inflasi year-on-year (tahun-ke-tahun) tercepat Mesir dalam hampir empat tahun. Semua terjadi karena AS yang meningkatkan suku bunganya tanpa peduli urusan negara lain di dunia. Sebagai konsekuensinya, Mesir memutuskan untuk mendevaluasi pound dan semakin membebani kehidupan warganya karena tidak memiliki rencana untuk membangun atau memiliki kebijakan pertanian atau menggunakan inisiatif untuk menghadapi kenyataan kelangkaan ini. Pemerintah meninggalkan rakyatnya untuk berurusan dengan diri mereka sendiri dan lebih menginvestasikan upaya mereka dalam menyenangkan Amerika dan memenuhi agenda dan kebutuhannya.
Karena Rezim Sisi merasakan ancaman terhadap negaranya, dia melakukan apapun yang dia anggap terbaik, dengan memelas meminta tolong dan menerima bantuan dan simpanan besar yang hanya menambah masalah utangnya yang sudah tenggelam! Ini adalah lingkaran kejam yang tidak pernah berakhir. Dan jangan lupa bahwa dengan uang pinjaman ini, puncak korupsi terjadi diantara para pejabat pemerintah yang menjarah uang itu dan menyerahkannya kepada negara untuk membayar kembali hutangnya, yang tentu saja tidak dapat dilakukan dan kemudian adanya riba atas pinjaman tersebut telah menghabiskan lebih dari setengah pendapatan pajak negara. Dia El-Din Daoud seorang anggota parlemen mengatakan “Mesir menghadapi krisis pembiayaan besar [dengan] angka utang publik meningkat sebesar 16.8 persen per tahun, yang berarti bahwa rakyat Mesir saat ini hidup dalam utang.” Dia menyatakan selama pidato di Dewan Perwakilan Rakyat Mesir, saat membahas laporan akhir anggaran tahun 2020-2021, bahwa “ada premi yang memakan 51 persen pengeluaran anggaran, yang berarti bahwa Mesir menghadapi bencana yang tidak ada jalan keluarnya.”
Mesir tenggelam dalam pinjaman dan mengambil lebih banyak pinjaman lagi untuk membayar kembali pinjaman yang lama dengan bunga berlipat ganda tanpa akhir dan pemerintah bertindak tuli bodoh dan buta dalam mengikuti instruksi oleh IMF. Rezim Sisi kemudian mengkritik dan menyalahkan pertumbuhan penduduk untuk mengalihkan ketidakmampuan dan perbuatan korupnya sendiri untuk menenangkan penduduk di negerinya. Sudah terlalu lama para pemimpin Muslim kita telah membiarkan seluruh perekonomian kita dan akibatnya mata pencaharian ummat bergantung pada dolar, yang bermain dengan mata uang mereka dan perekonomian kita seolah-olah kita adalah boneka. Gagasan bahwa kita tidak bisa hidup dengan dukungan dolar adalah lelucon dan perlu dihapus. Mereka telah mengambil pinjaman demi pinjaman, duduk dengan lembaga-lembaga kolonial yang menawarkan untuk membantu menurunkan hutang, namun apa yang telah terjadi? Hanya ketergantungan lebih lanjut dan penderitaan lebih lanjut bagi rakyat jelata yang harus berjuang untuk dirinya sendiri karena para pemimpinnya tidak peduli untuk membantu. Seperti yang kita lihat sekarang di Mesir, di mana ekonomi berdarah-darah, inilah kisah di semua negara Muslim kita. Sekarang lebih dari sebelumnya adalah waktu untuk menyadari bahwa segala bentuk persahabatan atau bantuan dari negara kafir dan Barat adalah apa yang akan menjatuhkan kita. Mereka tidak tertarik untuk membantu negara kita dan tidak peduli kecuali untuk keuntungan mereka sendiri terlepas dari apa artinya hal itu bagi kesucian hidup manusia. Mereka hanya peduli pada kekuatan mereka yang terletak pada kehancuran dan perpecahan ummat. Mereka memaksakan kepada kita ide, nilai, dan sistem yang menjijikkan, mencuri sumber daya dan keahlian kita, menggunakan, menyalahgunakan hingga melakukan pembuangan adalah hal-hal terbaik bagi mereka – cukuplah itu semua!
Sekaranglah saatnya untuk membangun kembali sistem dan nilai-nilai Allah (Swt) yang secara keseluruhan akan membebaskan kita dari musuh-musuh Islam dan mengalahkan mereka dan mencabut ideologi jahat mereka yang tidak menghasilkan apapun selain kegagalan dan permusuhan. Allah telah menjanjikan kita kemenangan jadi mengapa kita ragu-ragu? Kita memiliki semua komponen untuk bisa berhasil. Maka marilah kita bekerja dengan sungguh-sungguh untuk memenuhi peran kita dalam membuat Allah (Swt) ridho dengan cara mengusahakan penerapan hukum-hukum-Nya yang adil dan baik yang benar-benar akan membawa keharmonisan dan keadilan bagi Umat Manusia, InsyaAllah.
Ummah Voice Podcast
SoundCloud Link: