Deni Siregar, salah satu buzzer politik pemerintah, kembali bernafas panjang. Kasus penghinaannya pada santri-santri Tasikmalaya dengan sebutan ‘teroris’ belum juga diproses, tapi justru pengaduannya pada kepolisian terkait pembobolan data pribadinya cepat ditanggapi. Hanya sehari, seorang karyawan kontrak Telkomsel ditangkap aparat dengan dugaan membocorkan data pribadi sang buzzer.
Tak berapa lama, seorang netizen dengan nama akun @LisaAmartatara3 mengeluarkan cuitannya di twitter; ia minta keadilan karena data pribadinya diras oleh akun buzzer pro rezim. Berkali-kali ia melapor ke provider seluler, tapi tak jua ditanggapi.
Buzzer lain yang pro rezim, Ulin Yusron juga tak kunjung diproses aparat. Tahun lalu ia membocorkan data kependudukan seseorang yang diduga mengancam akan memenggal leher Presiden. Tapi ternyata Ulin salah. Pemilik data itu protes karena ia bukan pelaku yang ancaman tersebut. Meski Mendagri Tjahjo Kumolo berkomentar akan menindak, tapi sampai hari ini Ulin tak kunjung masuk tahanan.
Komentar
Fenomena influencer pro pemerintah atau yang kerap disebut buzzer memang meresahkan. Banyak tokoh mengeluhkan perilaku para buzzer yang sering membully kelompok oposisi bahkan dengan cara sarkastis. Para buzzer ini juga kerap melecehkan ulama dan ajaran Islam seperti Ade Armando, Deni Siregar dan Abu Janda, tapi selalu aman.
Meski pemerintah kerap membantah memelihara buzzer, namun fakta bahwa mereka imun dari jeratan hukum sudah menjelaskan relasi para buzzer dengan kekuasaan. Sesuatu yang tidak dimiliki oleh kelompok kritis.
Fenomena buzzer-buzzer yang imun dari hukum ini sebenarnya menunjukkan kerapuhan kekuasaan yang hari ini dibangun. Sampai-sampai untuk mengokohkannya, harus ada pasukan buzzer yang menopang opini kekuasaan di dunia maya. Sebenarnya bila kekuasaan yang dimiliki rezim Jokowi adalah kekuasaan yang sejati, maka tak perlu buzzer atau influencer, rakyat yang merasakan keberhasilan pemerintahan dan pembangunan akan membela tanpa diminta.
Tapi realita ini menunjukkan sebaliknya, pemerintah takut kegagalan demi kegagalan mereka selama dua periode ini akan menggulung mereka. Defisit ekonomi, utang LN yang bertumpuk, kegagalan menangani pandemi, sampai ketimpangan hukum, adalah realita yang tak bisa diburamkan. Oleh karena itu, pemerintah merasa perlu kehadiran para buzzer untuk menciptakan ilusi keberhasilan sekaligus menyerang kaum oposisi dan yang vokal mengkritisi kegagalan pemerintah. Padahal, kekuasaan mereka lemah seperti sarang laba-laba.
Para buzzer dan kekuasaan yang melindungi mereka, harap ingat, kezaliman tak akan ada yang pernah lolos dari balasan Allah meski hanya setitik. Ini hanya masalah waktu saja.
Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak, (TQS. Ibrahim: 42)[] IwanJanuar/LS