Berita & Komentar: Dua Erdogan yang Berbeda
Berita:
Pada pertemuan ke-16 Persatuan Parlemen Organisasi Kerjasama Islam, Presiden Erdogan mengatakan pada sesi pembukaan: “Masalah Palestina adalah salah satu pilar penting Organisasi Kerjasama Islam. Membela Al-Quds berarti membela kemanusiaan. Namun blokade yang tidak adil dan tidak berperasaan terhadap Gaza terus berlanjut. Kami tidak pernah memisahkan antara duka dan kematian, kami tidak akan melakukan hal ini juga di masa depan. Ini adalah kebutuhan dari keimanan kami untuk membantu orang-orang yang tertindas tanpa memandang siapa mereka. Masalah Al-Quds bukan hanya masalah segelintir kaum Muslim pemberani, namun ini adalah masalah umum di seluruh Dunia Islam.”
Komentar:
Kita bisa menganalisa ucapan Erdogan tadi dalam dimensi yang berbeda.
Pertama-tama, Erdogan tidak pernah tulus dalam retorika ini. Di satu sisi, dia berbicara tentang kekejaman akibat kehadiran kaum Yahudi, dan di sisi lain, dia menekankan pesan-pesan baik atas kehadiran Yahudi dan memperkuat hubungan lagi dengan. Pada panggilan telepon yang dilakukan Presiden Erdogan bulan lalu dengan presiden Yahudi, dia mencatat bahwa hubungan entitas Turki-Yahudi juga penting untuk keamanan dan stabilitas Timur Tengah. Dia mengatakan perbedaan pendapat juga dapat diminimalisir jika isu-isu bilateral dan regional ditindaklanjuti dengan saling pengertian, dan perlu mengembalikan budaya damai, toleransi dan koeksistensi di Kawasan itu. Dalam hal ini, dia menyatakan bahwa pengembangan hubungan entitas Palestina-Yahudi dan dimulainya kembali proses perdamaian adalah suatu prioritas.
Seperti yang dapat dilihat dari gambaran tadi, kita menemukan dua potret Erdogan yang berbeda. Selama bertahun-tahun, berdasarkan politik Amerika yang baru, Erdogan mencoba memperkuat hubungan hubungan politik dan keuangannya dengan Mesir, UEA dan negara-negara lain, yang sedang posisi tawar-menawar. Di sisi lain, dia juga ingin memperkuat kembali hubungan diplomatik yang seharusnya tegang karena pendudukan Yahudi, yang sebelumnya dia sebut sebagai pembunuh bayi (baby killer) dan negara teroris (state of terror).
Di satu sisi, Erdogan berbicara tentang penganiayaan akibat kehadiran Yahudi untuk pemilihan presiden mendatang pada tahun 2023 untuk mengkonsolidasikan kelompok akar rumputnya sendiri, sementara di sisi lain, dia menelepon Presiden Isaac Herzog atas kehadiran pendudukan Yahudi, yang membantai umat Islam, dan mengucapkan selamat kepadanya atas terpilihnya sebagai presiden.
Namun demikian, bulan lalu dia membebaskan pasangan ‘Israel’ yang telah mengambil foto rumah Erdogan dan ditahan karena tuduhan spionase hanya untuk menyenangkan kehadiran Yahudi. Setelah itu, Presiden dan Perdana Menteri entitas Yahudi itu menelepon Erdogan untuk mengucapkan terima kasih atas pembebasan pasangan tersebut. Lagi-lagi, untuk mencegah rusaknya hubungan diplomatik yang cenderung kembali normal karena kehadiran kaum Yahudi, kasus Mavi Marmara terhadap kaum Muslim ditutup dan dibiarkan begitu saja tanpa pengawasan.
Tentu saja, pengkhianatan tidak terbatas pada hal ini. Seorang pejabat senior Turki mengatakan kepada Surat Kabar Hayom yang terbit dalam entitas Yahudi bahwa pemerintah Turki telah menyampaikan kesiapannya untuk menunjuk seorang Dubes untuk ‘Tel Aviv’ jika entitas Yahudi juga menyanggupi untuk menunjuk seorang Dubes secara bersamaan. Untuk menghidupkan kembali hubungan dengan Yahudi dan untuk menyenangkan mereka, pengkhianatan besar lainnya telah dilakukan. Pada acara Gala Masyarakat Sephardic Nasional, yang diselenggarakan oleh Persaudaraan Sephardic Amerika di New York yang mempertemukan komunitas Sephardic dan Yahudi Turki yang berimigrasi ke Amerika Serikat dari Imperium Uthmani dan Turki, Hasan Murat Mercan, Duta Besar Turki untuk Washington, menyalakan Lilin Hanukkah dengan Duta Besar entitas Yahudi dan Yunani di Gala Masyarakat Sephardic Nasional yang diadakan di New York.
Sebenarnya, semua ini menunjukkan sesuatu kepada kita. Juga fakta bahwa pengkhianatan yang terjadi di balik pintu tertutup ini sekarang sudah jelas terungkap. Erdogan mengambil langkah politik kotor seperti itu untuk menyenangkan Amerika dan untuk melindungi kursinya sendiri. Dia punya pembicaraan besar yang tidak bisa dia wujudkan dan tidak bisa dipenuhi dengan retorika populis yang disukai umat Islam. Dia mengerahkan seluruh kekuatannya untuk tujuan ini untuk menyenangkan Amerika dan Barat. Tapi bukankah Erdogan seharusnya mengambil langkah untuk menyenangkan Tuhannya, bukankah dia seharusnya melindungi kepentingan umat Islam dengan memobilisasi tentara yang akan merebut dan mencabut kehadiran pendudukan Yahudi dari tanah Palestina yang diberkahi?
Ditulis untuk Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir oleh Yılmaz ELİK
========
https://www.hizb-ut-tahrir.info/en/index.php/2017-01-28-14-59-33/news-comment/22422.html