Mediaumat.info – Harapan agar sosok Prabowo Subianto sebagai presiden terpilih yang akan datang, bisa menjadi juru damai Rusia-Ukraina, dinilai sekadar basa-basi diplomatik belaka.
“Saya hanya melihatnya sekadar basa-basi diplomatik belaka,” ujar Pengamat Hubungan Internasional Budi Mulyana kepada media-umat.info, Senin (17/6/2024).
Apalagi, menurutnya, belum terbukti kedua negara yang bertikai mau didamaikan oleh Indonesia. Sebutlah gagasan soal zona demiliterisasi, keterlibatan PBB dan referendum, justru ditolak oleh Ukraina.
Memang, Rusia maupun Ukraina memiliki hubungan baik dengan pemerintahan Indonesia. Ditambah mereka menghormati upaya Indonesia mendamaikan keduanya.
Tetapi, kata Budi lebih lanjut, Indonesia belumlah signifikan untuk bisa memengaruhi kondisi politik di antara kedua negara tersebut, lebih-lebih situasi politik internasional yang menyertainya.
Artinya, kendati termasuk negara besar yang memiliki kapasitas menjadi juru damai, untuk bisa menyelesaikan konflik kedua negara tersebut, Indonesia butuh keseriusan untuk bisa memosisikan sebagai juru damai.
“Harus dengan serius melakukan langkah-langkah, baik diplomatik maupun strategis dan teknis, untuk menunjukkan sebagai juru damai,” tegasnya, yang berarti tak cukup sekadar seremonial sebagaimana ungkapan sebelumnya.
Adalah sebelumnya, Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana, pada awal Mei lalu menyampaikan harapan Prabowo bisa menjadi penengah konflik Rusia-Ukraina.
Katanya, dibutuhkan negara ketiga yang bersedia menjadi penyelamat muka para pihak yang bersengketa. “Pada akhirnya kita berharap kedua negara bersedia menghentikan peperangan karena permintaan Indonesia,” ujar Hikmahanto di Jakarta.
Namun, sekali lagi Budi memaparkan, Indonesia masih belum cukup berpengaruh sebagai juru damai dalam berbagai konflik internasional. Apalagi semisal konflik Rusia-Ukraina, sengketa yang tengah terjadi di Laut Cina Selatan, maupun konflik di Timur Tengah dalam hal ini Palestina, melibatkan Negara Adidaya Amerika Serikat (AS) serta negara-negara sekutunya.
Namun demikian, sebagai negeri Muslim terbesar di dunia, Indonesia tetap berkewajiban untuk membela saudaranya di Palestina. Bahkan bisa mengusir entitas Yahudi yang telah menjajah Palestina sekian lama.
Tetapi sekali lagi, yang dihadapi bukan sekadar entitas penjajah Yahudi. “Di balik semua itu ada hegemoni Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat yang menciptakan situasi penjajahan Yahudi terhadap Palestina. Dan mereka akan mempertahankan situasi itu, berapa pun dan apa pun bayarannya,” pungkasnya. [] Zainul Krian
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat