Beredar Daftar Penceramah “Radikal”, Gus Uwik: Tak Perlu Risau Dituduh Radikal

 Beredar Daftar Penceramah “Radikal”, Gus Uwik: Tak Perlu Risau Dituduh Radikal

Mediaumat.id – Terkait beredarnya nama-nama penceramah yang dituduh radikal, Peneliti Pusat Kajian Peradaban Islam Gus Uwik menegaskan, tidak perlu risau dituduh radikal.

“Tidak perlu risau apalagi galau dituduh radikal. Ternyata itu tuduhan dan permainan politik. Pola lama yang sudah ada sejak zaman Rasul,” tuturnya pada Mediaumat.id, Senin (7/3/2022).

Menurut Gus Uwik, radikal hanyalah “cap” untuk melabeli orang-orang yang selama ini kritis atas kebijakan-kebijakan pemerintah yang pro oligarki. “Dengan cap radikal-radikul diharapkan agar umat tidak mau mendengar seruan dakwah mereka. Stempel tersebut sudah lama dipakai oleh musuh-musuh Islam untuk menyudutkan Islam dan para pengemban dakwahnya,” ungkapnya.

“Tidak tanggung-tanggung, yang dituduh bukan orang ecek-ecek. Justru Rasulullah SAW sendiri mengalami hal serupa. Dituduh radikal dan pemecah belah keluarga, rakyat dan bangsa. Luar biasa. Padahal kita semua tahu, semua tuduhan itu adalah tidak mungkin. Tapi itu kenyataannya. Para pembenci Islam melakukan segala upaya agar Islam dan penceramahnya dijauhi oleh masyarakat,” bebernya.

Tuduhan Rasulullah sebagai radikal, lanjut Gus Uwik, terekam dalam kisah perjalanan Ath-Thufail mencari kebenaran dan masuk Islam.

Gus Uwik menuturkan kisah Ath-Thufail. “Demi Allah, mereka (kaum kafir Quraisy) terus menceritakan berita-beritanya yang aneh, menakut-nakutiku atas diri dan kaumku dengan perbuatan-perbuatan Muhammad yang terkutuk dan tercela sampai aku pun bertekad bulat untuk tidak mendekat kepadanya, tidak berbicara dengannya dan tidak mendengar apa pun darinya,” kata Gus Uwik menirukan pernyataan Thufail.

“Para pemuka dan pembesar Quraisy berkata kepada Ath-Thufail: ‘Wahai Thufail, sesungguhnya kamu telah datang ke negeri kami, dan laki-laki yang menyatakan dirinya sebagai nabi itu telah merusak urusan kami dan memecah-belah persatuan kami serta mencerai-beraikan persaudaraan kami. Kami hanya khawatir apa yang menimpa kami ini akan menimpamu sehingga mengancam kepemimpinanmu atas kaummu. Oleh karena itu, jangan berbicara dengan laki-laki itu, jangan mendengar apa pun darinya, karena dia mempunyai kata-kata seperti sihir, memisahkan seorang anak dari bapaknya, seorang saudara dari saudaranya, seorang istri dari suaminya’,” tuturnya.

“Propaganda ini, pada awalnya dipercaya oleh Ath-Thufail. Sampai-sampai tatkala Thufail mau berangkat ke Masjidil Haram untuk melakukan thawaf di Ka’bah dan mencari keberkahan kepada berhala-berhala, ia menyumbat kedua telinganya dengan kapas karena takut ada perkataan Muhammad yang menyusup ke telinganya,” lanjutnya.

“Tapi Allah SWT punya skenario lain. Dengan adanya diksi, narasi dan propaganda yang menyudutkan Kanjeng Nabi Muhammad inilah yang justru menjadi pembuka jalan dakwah. Itu semua justru menjadi pemantik bagi orang-orang berakal untuk mencari tahu kebenaran. Mengklarifikasi atas tuduhan yang ada. Mencocokkan apa yang dituduhkan dengan realitas yang terjadi dalam keseharian. Apakah sama ataukah justru sebaliknya,” ujarnya.

Menurut Gus Uwik, Thufail pun menemukan kebenaran yang berusaha ditutup-tutupi oleh rezim Quraisy. Thufail menemukan hal sebaliknya dengan apa yang dilabelisasikan kepada Nabi Muhammad. Tuduhan Nabi itu radikal, pemecah belah, dan lain-lain, ternyata hoaks dan sembrono. Akhirnya Thufail pun masuk Islam. Dan menjadi barisan pendukung dakwah yang ikhlas lagi totalitas.

“Dengan propaganda radikal-radikul itu, orang banyak berbondong masuk Islam. Dakwah Islam semakin berkibar,” tukasnya.

Gus Uwik menduga, isu radikal-radikul itu berkait erat dengan unsur politik dan untuk mempertahankan kekuasaan.

“Apa yang terjadi dalam fragmen Thufail jadi ibrah. Kaum kafir Quraisy menghembuskan isu radikal-radikul agar kekuasaan Thufail tidak terancam. Isu radikal-radikul ternyata dipakai untuk menghantam orang-orang yang kritis, oposisi dan yang dituduh mengancam kekuasaannya. Ketakutan jika kekuasaannya runtuh,” jelasnya.

“Pertanyaannya adalah, kenapa isu radikal-radikul saat ini muncul ketika santer oposisi, penceramah yang kritis dan komponen masyarakat yang lain membongkar rencana IKN yang lebih pro oligarki? Isu radikal-radikul mencuat kembali setelah presiden dalam kesempatan yang sama membahas IKN namun kemudian mengkaitkan dengan penceramah radikal. Apakah ada motif politis sebagaimana motif politis dalam kisah Thufail?” tanyanya.

Ia berpesan kepada pengemban dakwah agar terus fokus memberikan pencerahan kepada umat. Karena dakwah itu amazing. Berkata Imam Al Qurtubi rahimahullahu ta’ala: “Allah SWT menjadikan perintah beramar makruf dan nahi mungkar itu sebagai pemisah antara orang-orang yang beriman dengan orang-orang yang munafik.”

“Jangan pula pedulikan orang-orang yang dengki. Kafir Quraisy sangat dengki pada Rasul. Maka bukanlah syarat menasihati itu orang yang kita sampaikan harus ridha dengan apa yang kita ucapkan. Berapa banyak di sana mereka yang hatinya kotor sakit dengan segala penyakit merasa tersakiti apabila ia dinasihati,” ungkapnya.

Ia mengutip hadits riwayat Ahmad dan Ibnu Hibban, Nabi SAW. bersabda “Qulil haqqa wa in kâna murran yang artinya katakanlah kebenaran meskipun itu pahit).

“Jadilah orang-orang yang radikal (ramah, terdidik dan berakal),” pungkasnya.[] Irianti Aminatun

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *