Berasal dari Epistemologi Barat, Terorisme dan Radikalisme Dikaitkan dengan Agama

 Berasal dari Epistemologi Barat, Terorisme dan Radikalisme Dikaitkan dengan Agama

Mediaumat.id – Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB) Dr. Ahmad Sastra menilai terorisme dan radikalisme berasal dari epistemologi Barat yang dikaitkan dengan agama.

“Kalau dilihat dari epistemologinya, terorisme dan radikalisme itu berasal dari epistemologi barat, kemudian hari dikaitkan dengan agama. Masalahnya di situ,” ungkapnya dalam acara FGD #29 FDMPB – Radikalisme dan Terorisme dalam Konstruksi dan Kajian, Sabtu (19/3/2022) di kanal YouTube Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa.

Ia mengutip pandangan ahli hukum internasional terhadap makna terorisme yang mengatakan ‘Sulit membuat pengertian yang identik dan dapat diterima secara universal. Sehingga, sulit mengadakan pengawasan atas makna terorisme tersebut’.

“Terorisme itu merupakan pandangan yang subjektif. Dalam konstruk akademik istilah terorisme masih belum menemukan titik persamaan definisi hingga sekarang,” ungkapnya.

Dari sisi aksiologi (berhubungan dengan nilai, manfaat, orientasi, dan motif) Ahmad menilai radikalisme dan terorisme lebih mengarah pada motif politik, bukan motif akademik.

Menurutnya, indikator untuk melihat bahwa narasi terorisme lebih mengarah kepada motif politik setidaknya ada dua. Pertama, berangkat dari tahun 2001 ketika Amerika kehilangan gedungnya karena dibom, langsunglah dibangun narasi war on terrorism, war on radicalism.

Kedua, dari sisi korbannya. Korbannya menurut Ahmad justru umat Islam. Di Irak, Afghanistan, bahkan muncul islamofobia di berbagai negara. “Tetapi kelompok Israel yang jelas menyerang umat Islam malah enggak disebut radikal. Hamas yang mempertahankan negaranya disebut radikal,” jelasnya.

Karena itulah, narasi terorisme saat ini adalah motif politik, bukan lagi akademik. “Korban terbesar terorisme adalah umat Islam, hakikatnya tidak ada perang terhadap terorisme yang ada adalah perang menggunakan alasan terorisme. Ini kan menunjukkan sisi politis. Secara aksiologis berarti sudah kepada politik tidak lagi akademik,” pungkasnya.[] Ade Sunandar

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *