Bencana Alam yang Tak Kunjung Usai, Ada Apa dengan Negeri Ini?

Oleh : Ahmad Sastra

Ibu pertiwi kembali berduka. Gempa bumi di Lombok belum hilang dari ingatan. Donggala Palu Sulteng diterjang Tsunami masih menyisakan duka. Kini Banten yang berduka, Tsunami menerjang pesisir dan menelan 429 korban, hilang 154 dan 16. 082 jiwa mengungsi. Sebanyak 1485 orang terluka, dan hampir seribu rumah  rata dengan tanah.

Mengapa di negeri ini berbagai bencana alam tak kunjung usai ?

Dalam perspektif spiritual, setiap musibah mengandung pesan langit kepada manusia di bumi. Ketika  bertebaran berbagai tindak kemaksiatan dan kezaliman, maka maknanya manusia telah sengaja mengundang azab Allah. Ketika manusia tidak lagi peduli kepada perintah dan larangan Allah, maka manusia telah membuat murkaNya.

Dalam Al Qur’an telah diceritakan bagaimana umat Nabi Nuh dengan sombongnya mengundang azab Allah dan menolak ajakan Nabi Nuh untuk kembali ke jalan Islam. Mereka mempersekusi Nabi Nuh dalam setiap dakwahnya. Maka Allahpun mendatangkan Tunami dahsyat yang menenggelamkan mereka.

Mereka berkata, “ Wahai Nuh, sungguh engkau telah berbantah dengan kami, dan engkau telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang engkau ancamkan, jika kamu termasuk orang yang benar [QS Hud : 32].

Dia (Nuh) menjawab,” Hanya Allah yang akan mendatangkan azab kepadamu, jika Dia menghendaki, dan kamu tidak akan mampu melepaskan diri [QS Hud : 33]

Al Qur’an menggunakan istilah fasad untuk untuk menunjukkan berbagai kerusakan di muka bumi akibat tangan manusia. “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS Ar Ruum : 41)

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (QS Asy Syura : 30)

Para mufassir memaknai kerusakan atau fasad bermacam-macam arti. Diantaranya , segala sesuatu yang tidak tergategori sebagai kebaikan, kekurangan hujan dan sedikitnya tanaman, kelaparan dan banyaknya kemudaratan yang terjadi.

Sementara, Allah sendiri tidak pernah menzalimi manusia, bahkan justru senantiasa memberikan nikmat kepada manusia. Adapun manusia kebanyakan tidak bersyukur dan bahkan berbuat kesalahan dan kemaksiatan. Kemaksiatan adalah bentuk kezaliman kepada diri sendiri.

Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. dan cukuplah Allah menjadi saksi. (QS An Nisaa : 79)

Padahal Allah-lah yang telah menciptakan manusia dan alam semesta ini. Berbagai kerusakan dan musibah yang disebabkan oleh pengingkaran terhadap hukum Allah ini telah menimbulkan kondisi kehidupan yang tidak menyenangkan, kehidupan yang terasa sempit, kehidupan yang menakutkan karena ketidakamanan dan kehidupan yang serba mengkhawatirkan.

Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta”. (QS Thahaa : 124)

Allah dengan tegas mengingatkan kepada manusia untuk hanya tunduk kepada aturan Allah dan tidak tunduk kepada seluruh aturan selain dari Allah. “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (QS An Nisaa : 59)

Apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya. (QS Al Hasyr : 7)

Berdasarkan Surat Ar Ruum ayat 41 diatas, maka pesan spiritual dibalik segala mancam bencana dan musibah adalah kembali kepada jalan Allah (la’allakum yarji’un). Caranya  adalah dengan taubat nashuha yakni menyesali dan mohon ampunan, berhenti melakukan kemaksiatan dan berjanji untuk tidak mengulanginya.

Dan yang paling penting dari taubat ini adalah kembali kepada aturan liahi yang bersumber pada wahyu  dalam melakukan semua perbuatan baik individu, kelompok sosial, maupun negara.

Rasulullah adalah teladan sempurna dalam berperilaku dan bersikap baik sebagai individu, keluarga, anggota masyarakat maupun sebagai pemimpin daulah. Semua perilaku Rasulullah bersumberkan kepada wahyu, bukan hawa nafsu.

Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Qs Al A’raf : 96).

Karena itu kembali kepada jalan Allah adalah jalan utama jika menginginkan negeri ini terhindar dari segala musibah dan bencana Allah. Sebab hanya Allah yang mampu memberikan kebaikan. Sebab bumi, langit dan seluruh jagad raya adalah milik Allah. []

Share artikel ini: