Benarkah Xi Jinping Membawa Perdamaian Dunia sebagaimana Klaim Megawati?

Mediaumat.id – Direktur Indonesian Justice Monitor (IJM) Agung Wisnuwardana menyatakan pujian Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri yang mengatakan Presiden Cina Xi Jinping berhasil mendorong perdamaian dunia tidak sesuai dengan faktanya karena nyatanya berbagai berita telah menyorot kisah pilu Muslim Uighur.

“Nyatanya berbagai berita telah menyorot kisah pilu kaum Muslim di Turkistan Timur (Uighur) yang masyhur akan tragedi rakyatnya di tangan rezim Cina,” ungkapnya dalam program Aspirasi: Jokowi & Megawati Kasih Selamat Presiden Cina 3 Periode, Patutkah? di kanal YouTube Justice Monitor, Senin (13/3/2023).

Menurut Agung, penyiksaan terhadap Muslim Uighur yang tinggal di Turkistan Timur tidak pernah berhenti. Bahkan, dikabarkan bentuk penyiksaan mereka malah beragam dan terus meningkat.

“Negara-negara Barat Amerika dan PBB yang selalu menyeru kemanusiaan dan mengklaim mereka adalah penjaga kebebasan dan kemanusiaan sama sekali tidak melakukan apa pun untuk menghentikan kebiadaban rezim Cina,” bebernya.

Jokowi Juga Memuji

Megawati memberikan selamat dan pujian karena Presiden Xi Jinping kembali memimpin Cina untuk periode ketiganya. Tak hanya Megawati, Presiden Joko Widodo pun ikut mengucapkan selamat kepada Xi Jinping sebagaimana cuitannya pada akun Twitter @jokowi, Sabtu (11/3/2023).

Memang, ungkap Agung, selama kepemimpinan Jokowi, Cina menjadi salah satu investor terbesar di Indonesia. Beberapa pendanaan proyek-proyek infrastruktur berskala besar melibatkan Cina sebagai bagian dari program BRI (Belt and Road Initiative).

“Fakta ini menunjukkan betapa Cina kian melebarkan pengaruhnya secara global. Sayang, posisi tawar Indonesia terkesan lemah di hadapan Cina. Jerat kapitalisme itu nyata masif dan berbahaya” jelas Agung.

Menurut Agung, seharusnya negeri ini mengambil pelajaran dari Sri Lanka yang gagal membayar utang negara, akibatnya Sri Lanka kehilangan mayoritas sahamnya di sebuah proyek pelabuhan.

“Diplomasi perangkap utang khas Cina melakukan pembebanan kredit membuat negara debitur seperti Indonesia lemah di hadapan negara tirai bambu tersebut,” jelasnya.

Terlebih lagi, lanjut Agung, persyaratan pinjaman dari Cina mengharuskan negara mitra membeli 70 persen bahan baku dari Cina dan memperkerjakan para pekerja asal Cina.

“Dari peristiwa ini, layakkah Presiden Jokowi dan Bu Megawati Soekarnoputri memberi selamat kepada Xi Jinping?” tanyanya mengakhiri.[] Ade Sunandar

Share artikel ini: