Mediaumat.id – Mengambil pelajaran dari kisah Siti Hajar, Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) mengatakan yang menurut manusia mustahil, bagi Allah tidak.
“Jadi yang menurut kita mustahil, bagi Allah tidak,” ungkapnya dalam acara Fokus to the Point: Belajar Sabar dari Siti Hajar, Kamis (28/6/2023) di kanal YouTube UIY Official.
Menurutnya, Siti Hajar itu sudah menghadapi situasi yang boleh disebut ‘tidak mungkin’. Karena, dirinya ditinggalkan di satu tempat yang boleh dibilang tidak layak huni.
“Apa syarat dan prasyarat dasar tempat itu layak dihuni? Jika di situ ada air (mutlak), dan apa tanda jika di situ ada air? Tumbuhan. Itu tidak ada sama sekali,” jelasnya.
UIY membeberkan, Siti Hajar sempat heran bukan kepalang ketika melihat suaminya (Nabi Ibrahim as.) pergi begitu saja, hingga Siti Hajar bertanya kepada Ibrahim ‘Apakah Allah memerintahkan hal ini (meninggalkan aku dan anakmu untuk di sini)?’ Dijawab oleh Ibrahim ‘Ya’.
Kemudian Siti Hajar mengambil kesimpulan sendiri, ‘Kalau begitu pasti Allah tidak akan mungkin menyia-nyiakan.’
Jadi, lanjutnya, terjadi perubahan sikap ketika Siti Hajar itu yang semula keheran-heranan menjadi menerima begitu rupa, setelah tahu bahwa itu memang perintah Allah SWT.
“Begitulah semestinya sikap seorang hamba Allah sejati, ketika itu perintah Allah dia taat, setaat-taatnya meskipun perintah Allah itu tampak sekilas tidak masuk akal,” jelas UIY.
Tidak Mungkin Zalim
Kuncinya, menurut UIY adalah keyakinan bahwa Allah itu tidak mungkin menzalimi hamba-Nya, dan itu yang pertama kali disampaikan atau disimpulkan oleh Siti Hajar.
Secara teori, peristiwa/asal-usul munculnya air zamzam tersebut tidak ada yang bisa menjelaskan. Karena, menurut UIY sekeliling lembah Makkah seluruhnya adalah batuan beku (hasil pembekuan magma). Sedangkan, lapisan air (akuifer) itu bisa muncul pada batuan sedimen.
Karena itu, jika dalam perjuangan saat ini kaum Muslim mengalami situasi yang begitu menekan, oleh karena lawan-lawan dari dakwah itu begitu rupa, maka menurut UIY kisah Siti Hajar ini menjadi sangat penting.
“Apa yang dihadapi Siti Hajar itu, itu benda statis. Artinya, tidak ada effort (upaya) yang bisa kita lakukan untuk merubah situasi statis, kan itu benda-benda mati,” bebernya.
“Tetapi ini hari, setidaknya, mungkin apa pun yang kita hadapi itu manusia dan manusia itu masih bisa berubah,” tegasnya.
UIY memandang, kaum Muslim tidak boleh mengatakan tidak mungkin selama masih hidup dan selama masih yakin bahwa Allah itu punya kekuatan dan kekuasaan.
“Karena itulah pentingnya ikhtiar, sebagaimana dilakukan oleh Siti Hajar tadi itu, ikhtiar sampai seoptimal mungkin. Ketika Allah menolong, lihatlah yang tampak oleh kita tidak mungkin, menjadi mungkin. Bahkan air zamzam itu sampai ini hari, sudah lebih empat ribu tahun tak tampak tanda-tanda bakal habis,” pungkasnya.[] Ade Sunandar