Berita:
Sumber keamanan dan militer melaporkan bahwa milisi Houthi menangkap 12 anggotanya di Bandara Sanaa dan membawanya ke pusat penahanan Badan Keamanan dan Intelijen Houthi dengan tuduhan menjadi mata-mata Mossad.
Menurut sumber tersebut, para tahanan adalah anggota milisi lapangan yang menjabat sebagai pemimpin di barisan kedua dan ketiga di garis depan. Beberapa dari mereka sebelumnya terlibat dalam pemberontakan melawan tentara Yaman di Saada sebelum kudeta Houthi.
Sumber tersebut juga mengungkapkan bahwa para tahanan kembali dalam perjalanan terpisah dari Irak dan Iran melalui Yordania, sebelum akhirnya dibawa ke Badan Keamanan dan Intelijen Houthi dengan tuduhan bekerja untuk Mossad. (Sumber: Berita Al Ain)
—
Komentar:
Pertanyaan mendasar yang muncul adalah bagaimana Mossad berhasil menyusup ke kelompok Houthi? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu melihat lebih jauh ke sejarah badan intelijen, khususnya peran SAVAK, badan intelijen Iran yang didirikan pada tahun 1956 di bawah pemerintahan Shah Muhammad Reza Pahlavi. SAVAK dibentuk setelah penggulingan Perdana Menteri Iran, Mohammad Mossadegh, pada tahun 1953, dengan tujuan untuk mengejar dan menghukum pengikutnya, serta menghadapi Partai Komunis Tudeh yang berupaya menggulingkan rezim.
Pada tahun 1976, Mossad menempatkan sekitar 500 ahli di seluruh cabang SAVAK, di mana mereka dilatih dalam metode penyelidikan, interogasi, dan penyiksaan untuk mendapatkan informasi. SAVAK memiliki anggaran yang besar, mencapai $310 juta pada tahun 1976, yang terus meningkat. Badan ini merambah seluruh sektor pemerintah Iran, termasuk kedutaan besar, delegasi mahasiswa, dan bahkan organisasi mahasiswa, untuk memata-matai dan menyelidiki individu-individu yang dianggap berpotensi membahayakan negara.
Setelah revolusi Iran 1979, meskipun SAVAK dibubarkan dan diganti menjadi SAVAMA, struktur penyusupan Mossad tetap ada. Sejumlah agen yang bekerja di SAVAMA diketahui kemudian melarikan diri ke Israel setelah kegiatan mata-mata mereka terbongkar, memberikan informasi sensitif kepada Mossad dan berperan dalam operasi besar-besaran, termasuk peretasan program nuklir Iran dan pembunuhan tokoh-tokoh terkemuka seperti Mohsen Fakhrizadeh, ilmuwan nuklir Iran, pada November 2020.
Mossad juga memiliki pengaruh besar dalam konflik-konflik di negara-negara seperti Irak, Lebanon, dan Yaman, yang berada dalam lingkup pengaruh Iran. Mossad telah lama terlibat dalam operasi intelijen di negara-negara ini, termasuk dalam pengawasan terhadap kelompok-kelompok yang berafiliasi dengan Iran.
Selain itu, hubungan Mossad dengan kelompok-kelompok seperti Kurdi Irak dan pemimpin-pemimpin di kawasan tersebut telah memperkuat penetrasi intelijen Israel di kawasan Timur Tengah, mempermudah infiltrasi ke dalam kelompok-kelompok militan dan negara-negara yang menjadi musuh bagi Israel.
—
Apa yang terjadi di Timur Tengah adalah hasil dari ketegangan geopolitik yang mendalam, yang dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan kolonial Barat yang terus menciptakan konflik dan penderitaan. Ketidakhadiran Khilafah dalam kancah politik global telah memperburuk situasi ini, dengan kekuatan asing yang terus mengeksploitasi ketidakstabilan di kawasan tersebut.
Ditulis oleh Kantor Media Pusat Radio Hizbut Tahrir
Insinyur Shafiq Khamis – Provinsi Yaman
Sumber: hizb-ut-tahrir.info
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat