Barat Kaitkan Bantuannya ke Afghanistan dengan Catatan Hak Asasi Manusia
Dalam kunjungan pertamanya ke Eropa setelah mengambil alih kekuasaan, delegasi Taliban meminta Barat untuk mencairkan aset Afghanistan senilai 10 miliar dolar untuk meringankan situasi ekonomi dan kemanusiaan yang memburuk di negara itu. Taliban memuji pembicaraan pekan lalu—yang diadakan di sebuah hotel dekat Oslo—sebagai langkah menuju pengakuan internasional. Belum ada negara yang mengakui rezim Taliban, dan masyarakat internasional menunggu untuk melihat bagaimana Taliban berniat memerintah sebelum memberikan bantuan.
Pakistan Today melaporkan bahwa pada hari terakhir pembicaraan antara pejabat Barat dan delegasi Taliban Afghanistan, diplomat Eropa menyatakan bahwa bantuan kemanusiaan ke Afghanistan akan bergantung pada catatan hak asasi manusia Taliban, khususnya hak perempuan dan anak perempuan untuk mendapatkan pendidikan. Pemerintah Barat telah menyatakan minatnya untuk bekerja sama dengan Taliban untuk mengurangi krisis kemanusiaan Afghanistan dan menawarkan bantuan kepada penduduk yang menderita kerawanan pangan, kondisi musim dingin yang parah, dan inflasi yang tinggi. Barat juga dapat menggunakan bantuan kemanusiaan bersyarat dalam kesepakatan masa depan dengan Taliban, karena bantuan ekonomi Afghanistan tetap dibekukan sejak pengambilalihan Taliban pada Agustus 2021.
Utusan khusus Uni Eropa untuk Afghanistan, Tomas Niklasson, menulis di Twitter bahwa ia telah “menggarisbawahi perlunya sekolah dasar dan menengah agar dapat diakses oleh anak laki-laki dan perempuan di seluruh negeri ketika tahun ajaran dimulai pada bulan Maret.” Taliban belum mengumumkan kebijakan di seluruh negeri untuk akses anak perempuan ke pendidikan di antara semua kelompok umur. Sementara juru bicaranya telah bersikeras bahwa ini adalah masalah sementara karena keterbatasan sumber daya dalam menyediakan ruang terpisah untuk siswa laki-laki dan perempuan.
Situasi kemanusiaan Afghanistan dengan cepat memburuk sejak Taliban kembali berkuasa pada Agustus 2021, ketika bantuan internasional tiba-tiba terhenti, sehingga memperburuk keadaan jutaan orang yang sudah menderita kelaparan setelah beberapa kekeringan parah. PBB menyatakan bahwa sekitar 55% penduduk Afghanistan sekarang menderita kelaparan (hizb-ut-tahrir.info, 2/2/2022).