Barat Inginkan Kaum Muslim Tanpa Islam

Beredar berita tentang kebijakan dan tindakan yang diambil oleh Barat terhadap komunitas Muslim di mana mereka tinggal. Mungkin berita Prancis dan upayanya yang tak kenal lelah untuk menciptakan Islam Prancis dan menundukkan kaum Muslim, serta berita tentang Swedia dan kebijakan kesewenang-wenangannya terhadap kaum Muslim yang dengan secara sistematis menargetkan anak-anak mereka dengan mengeluarkan dari keluarga mereka dan memberikannya kepada keluarga non-Muslim atau homoseksual untuk membesarkan mereka. Berita-berita tersebut adalah berita utama akhir-akhir ini, mengingat seluruh Barat terlibat dalam menargetkan kaum Muslim, meskipun dengan cara yang berbeda, tetapi mereka memiliki tujuan yang sama, yaitu membuat kaum Muslim tanpa Islam.


Mereka yang terkejut dengan kebijakan Barat terhadap kaum Muslim hanyalah mereka yang tidak tahu Islam di satu sisi, dan tidak tahu peradaban Barat kapitalis dengan warisan Tentara Salib di sisi lain.

Barat memiliki dua sudut pandang yang tidak pernah berubah: Mereka sangat membutuhkan kehadiran para imigran yang kaum Muslim ada di antara mereka, dan mereka begitu keras menolak Islam sebagai keyakinan yang dipraktikkan, dimanifestasikan dan dijadikan perasaan umum.

Oleh karena itu, Barat memiliki tujuan permanen dan jangka panjang terkait Islam dan kaum Muslim, yaitu mengasimilasi mereka dan meleburnya ke dalam peradaban Barat.

Sementara Barat memanfaatkan kelemahan kaum Muslim untuk memaksakan kebijakannya dan merealisasikan tujuannya. Barat telah melakukan beragam cara untuk mencapai tujuannya. Di awal dan di pertengahan abad yang lalu serta sebelumnya, ketika Barat membuka pintu migrasi besar-besaran, di mana Barat sangat membutuhkannya, Barat sangat mengedepankan slogan-slogan demokrasi, serta menjamin kebebasan berprilaku, beragama, dan berpendapat.

Kemudian Barat mulai menggunakan metode soft power, melalui apa yang disebutnya kebijakan koeksistensi, dan melambaikan wortel bagi mereka yang menanggapinya.

Barat telah disibukkan dengan menciptakan pemimpin dan payung Islam yang lemah secara intelektual dan moral, yang terpesona dengan Barat, dan tidak percaya diri.

Hal paling berbahaya yang dilakukan oleh kelompok buatan Barat ini adalah melemahkan kaum Muslim melalui apa yang disebut (fikih minoritas), yang mulai diterbitkan sebagai rujukan. Sehingga dengan demikian semakin membuka pintu lebih banyak lagi kelemahan dan konsesi yang dibenarkan oleh kaum Muslim, yang membuat Barat menikmati tekanannya, sementara mereka lebih rajin dalam fikih minoritas, yaitu fikih yang memproduksi kelemahan dan legitimasi.

Semua itu dijalankan dengan disertai lambaian tongkat besar, juga dengan mempromosikan ekstrem kanan Barat, yang mempraktekkan atau mengancam akan mengambil tindakan berdarah terhadap kaum Muslim.

Kaum Muslim di Barat harus berhenti mengikuti pendekatan kelemahan dan kepatuhan, sebab kaum Muslim Barat itu bukan tamu tetapi rakyat, sehingga mereka memiliki hak penuh, sedangkan Barat tidak memberi mereka apa-apa, justru Barat yang membutuhkan mereka, di mana mereka hidup dari jerih payah dan keringat mereka sendiri.

Mereka bukanlah minoritas yang tumbuh tanpa akar, tetapi mereka adalah bagian integral dari sebuah bangsa yang besar dan mengakar, bangsa yang memiliki masa depan dan bahkan masa kini meskipun memiliki kelemahan.

Kaum Muslim tidak meminta sesuatu yang lebih dari apa yang dijanjikan Barat kepada mereka ketika Barat menerimanya. Kaum Muslim hanya meminta Barat untuk menghentikan kebijakan diskriminatif anti-Muslim dan anti-Islam.

Barat harus tahu bahwa stabilitas masyarakat tidak akan pernah terjadi dan tidak akan pernah dinikmati oleh siapa pun jika ada sebagian kelompok masyarakat yang mengalami ketidakadilan, terutama jika itu sistematis, terlepas seberapa pun besarnya kelompok itu.

Jadi, menyuarakan perlawanan dengan keras, dengan kekuatan, keberanian, dan kejujuran adalah apa yang diperlukan, serta kepatuhan terhadap apa yang diperintahkan agama kita, baik sebagai individu dan keluarga Muslim, itulah yang diperlukan saat ini.

﴿وَاللَّهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ وَلَـكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ﴾

Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.” (TQS. Yusuf [12] : 21) [Ir. Ismail Alwahwah]

Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 09/02/2022.

Share artikel ini: