Banyak PHK di Sektor Tekstil, Ini Penjelasannya…

Mediaumat.info – Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Rizal Taufiqurrahman menjelaskan alasan terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar-besaran di industri tekstil.

“Mengapa kok terjadi PHK dan arus gelombang juga lumayan deras? Itu menunjukkan bahwa sedang ada masalah di beberapa sektor. Terutama untuk sektor-sektor yang sedang mengalami masalah itu yakni sektor manufaktur, utamanya yang padat karya misalnya sektor tekstil,” tuturnya dalam diskusi Ancaman PHK Besar-besaran? di kanal YouTube PAKTA Channel Pusat Analisis Kebijakan Strategis), Rabu (16/10/2024).

Rizal menilai, tekstil itu yang paling besar dampaknya oleh kebijakan-kebijakan yang notabene alih-alih melindungi atau memproteksi industri dalam negeri tetapi justru kebijakan ini sering kali ambigu. “Justru malah menghantam industri di dalam negeri,” ujarnya.

Menurutnya, banyak kebijakan yang justru tidak mendukung atau juga tidak pro terhadap industri padat modal, utamanya di tekstil.

Ia melihat fenomena PHK di tekstil karena perusahaan tidak sanggup lagi untuk membayar. “Tidak sanggup membayar itu karena apa? Ya, pasti karena memang produksi sedang turun. Dan produktivitas sedang turun akibat daya beli yang sedang turun, atau memang tidak bisa bersaing produknya,” bebernya.

Menurut Rizal, ada dua hal kemungkinan ini yang terjadi berbarengan. Pertama, daya beli masyarakat sekarang sedang menurun ke industri tekstil.

Menurutnya, ini disebabkan oleh karena masyarakat sekarang sedang mengalami kesulitan di dalam konsumsi.

“Utamanya disebabkan oleh pendapatan maupun terkuranginya pendapatan akibat banyaknya pajak, misalnya pajak penghasilan termasuk juga pajak-pajak yang lainnya seperti kesehatan atau iuran, atau juga termasuk biaya-biaya yang lainnya,” ulasnya.

Sehingga, jelasnya, daya beli masyarakat menjadi turun akibat upah yang tetap atau enggak naik-naiklah, kalaupun naik, naiknya enggak signifikan.

Kedua, disebabkan oleh daya saing industri tekstil ini juga turun. “Bayangkan harga produksi di dalam negeri lebih mahal dibanding dengan impor dan ini kita bisa lihat sendiri. Saya kira banyak barang-barang impor yang masuk ke domestik akibat dari daya saing produk domestik yang kalah jauh, terutama di masalah harga. Apalagi digempur oleh thrifting (barang bekas) dan itu jauh lebih menghantam lagi,” tandasnya.

Menurutnya, konsumen rasional, apalagi kondisi saat ini, pasti mencari barang yang kualitas lebih baik dengan harga yang murah dan banyak pilihan. “Akhirnya produktivitas di sektor industri tekstil menjadi turun akibatnya terjadi rasionalisasi di industri tekstil,” tukasnya.

Ia menyebutkan data yang ada di Kementerian Tenaga Kerja terjadi PHK di sektor tekstil, terakhir di paruh pertama 2024 itu sudah mencatat 32.000 pekerja mengalami PHK.

“Ini per Agustus, berarti Juli-Agustus jadi hampir 22 persen dibanding periode sama di tahun lalu,” tutupnya. [] Muhammad Nur

Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: