Mediaumat.id – Rencana pelepasan (divestasi) saham lima jalan tol hingga tahun 2025 yang akan dilakukan oleh PT Waskita Karya (Persero) Tbk menunjukkan bahwa pemerintah dalam membangun jalan tol bukan untuk melayani masyarakat tapi untuk bisnis.
“Kalau kita melihat fakta yang hari ini ketika berkaitan dengan infrastruktur jalan tol maka kita akan melihat bahwa paradigma hari ini pemerintah membangun jalan tol itu bukan semata-mata untuk melayani masyarakat tetapi lebih cenderung pada aspek bisnis,” tutur Ketua Himpunan Intelektual Muslim Indonesia (HILMI) Dr. Julian Sigit, M.E.Sy. kepada Mediaumat.id, Rabu (16/11/2022).
Jika itu yang terjadi, lanjut Julian, maka inilah ciri pandang khas dari sistem kapitalis yakni menempatkan negara bukan hanya sebagai pelayan terhadap masyarakat tetapi justru hubungan yang terjadi itu adalah cenderung transaksional atau jual beli. “Jadi, negara menjadikan masyarakat sebagai objek transaksi termasuk dalam konteks ini adalah penggunaan infrastruktur. Ini sangat mengkhawatirkan,” jelasnya.
Menurutnya, pemerintah akan cenderung memikirkan investasi pendapatan yang lebih besar. “Dalam konteks ini kalau misalkan pembangunan jalan tol itu menggunakan dana dua triliun kemudian dia dijual sahamnya ada kenaikan menjadi tiga triliun, itu akan dilakukan oleh pemerintah. Jadi cara pandang mereka ingin sesimpel mungkin,” ungkapnya.
Padahal, ia melihat, sesungguhnya membangun infrastruktur itu termasuk kewajiban pemerintah sehingga keliru kalau infrastruktur itu diprivatisasi. “Karena jika infrastruktur itu diprivatisasi maka orientasinya itu bukan lagi kepada pelayanan dan melayani, tetapi mencari keuntungan atau profit,” ujarnya.
“Ini yang terjadi ketika pemerintah membangun jalan tol muatannya itu adalah untung atau rugi. Apalagi kalau misalkan ini dikelola oleh swasta. Kita tahu bersama tujuan dari swasta itu adalah pasti mencari laba atau mencari keuntungan sehingga ke depan bisa jadi tarif yang dikenakan oleh perusahaan terhadap para pengguna jalan tol itu bisa cenderung tinggi karena orientasi pada laba,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it