“Umat Islam saat ini, ibarat anak ayam yang kehilangan induknya”, ujar jamaah yang begitu antusias saat menghadiri tausiyah hari Sabtu (19/2/2022) bakda maghrib di masjid Syahabuddin di Siak. Masjid yang tidak jauh dari istana Siak tersebut, merupakan masjid peninggalan Kesultanan Siak di masa lalu, masjid ini berbentuk unik dan khas melayu. Setelah mengunjungi Istana Siak, pengunjung dapat mengunjungi masjid ini yang juga terletak tidak begitu jauh dari Istana Siak (sekitar 200 meter dari Istana Siak). Masjid Syahabuddin merupakan masjid Kerajaan Siak. Masjid ini ini didirikan pada masa pemerintahan Sultan Kasim I dengan ukuran 21.6 x 18.5 meter. Bangunan ini telah mengalami perbaikan beberapa kali namun masih tetap mempertahankan bentuk aslinya.
Tausiyah yang mengangkat tema “Peristiwa-peristiwa penting di bulan Rajab”. Di antaranya, momentum isra’ mi’raj nabi Muhammad saw, khususnya saat beliau mengimami para nabi terdahulu yang dimaknai sebagai peristiwa politis kepemimpinan, kembalinya baitul maqdis ke pangkuan umat Islam dan runtuhnya Khilafah Islam. Peristiwa ini tentunya mengingatkan dan memberi semangat umat Islam agar kembali bersatu berjuang menegakkan sistem kenegaraan Islam yaitu Khilafah Islamiyah. Di sesi pertanyaan jamaah pun menanyakan, “apa yang mesti dilakukan umat Islam saat ini?”.
Maka, ust. Hidayat ar-Rokani mubaligh asal Pekanbaru itu menjawab dengan lantang, “kita harus berjuang dengan melakukan dakwah tanpa kekerasan, yaitu dakwah berjamaah sesuai metoda dakwah nabi saw.
Akhirnya jamaah mendapatkan jawaban yang mengena dan akan mengikuti pembinaan selanjutnya untuk ikut berjuang kembalinya kejayaan Islam melalui tegaknya Khilafah Islamiyah
Sejarah Pembangunan Masjid Syahabuddin
Masjid Syahabuddin merupakan saksi sejarah hadirnya Kerajaan Melayu Islam di Siak Sri Indrapura, Propinsi Riau. Masjid ini dibangun pada tahun 1926 M pada masa Sultan Al Said Al Kasyim Abdul Jalil Saifuddin, merupakan Raja Kerajaan Siak yang terakhir. Nama Syahabuddin berasal dari gabungan kata syah dan al-din. Kata syah berasal dari bahasa Persia yang berarti penguasa, sedangkan kata al-din berasal dari bahasa Arab yang berarti agama. Mungkin penamaan Masjid Syahabuddin dimaksudkan sebagai lambang bahwa Sultan/Raja bukan hanya penguasa negara, melainkan juga sekaligus seorang penguasa agama (Syahabuddin). MI