Mediaumat.info – Khotbah Pendeta Gilbert Lumoindong yang baru-baru ini viral di media sosial, dinilai Jurnalis Joko Prasetyo sebagai bentuk penistaan terhadap ajaran agama Islam.
“Jelas khotbahnya tersebut terasa oleh saya, seorang jurnalis yang sedikit banyak mengerti bahasa Indonesia maupun bahasa nonverbal pengguna bahasa Indonesia, sebagai penistaan,” ujarnya kepada media-umat.info, Jumat (19/4/2024).
Menurut Om Joy, begitu sapaan akrabnya, hal itu terlihat jelas dari cara pendeta tersebut berbicara, gestur tubuh dan tertawa ketika membandingkan perpuluhan dengan zakat, dan kebaktian dengan shalat.
Indikasinya, tambah Om Joy, ketika pendeta Gilbert tertawa lalu bilang, “Ada yang lihat saya begini (memperagakan jemaatnya melihat Gilbert sambil manggut-manggut tanda sepakat). Pasti bayar per puluhan dia itu (sambil menunjuk ke jemaat dimaksud). Puas banget dia, seminggu sekali. Enggak usah cuci-cuci (wudhu). Iya kan? Enggak usah bergerak-bergerak.”
“Lho kan ayar 10 persen, makanya kebaktian tenang aja. Iya kan? Paling berdiri, nyanyi, tepuk tangan. Santai. Tapi kalau 2,5 (persen), setengah mati. (Lalu Gilbert memperagakan orang shalat mulai dari takbiratul ihram sampai rukuk. Jemaat tertawa),” sambung Om Joy, menirukan apa yang disampaikan si pendeta.
Bahkan tak sampai di situ, masih dalam transkrip yang ditulis Om Joy, si pendeta juga menyampaikan bahwa yang paling berat bagi Muslim adalah saat apa yang disebut sebagai duduk tawarruk pada waktu tasyahud atau tahiyat akhir.
“Yang paling berat terakhirnya (tahiyat akhir) mesti lipat (jempol) kaki (kanan). (Jemaat tertawa). Enggak semua orang bisa… (sambil tertawa). Iya kan? Kaki mesti dilipet, heiiaa, tapi ya udahlah namanya juga 2,5 (persen),” kutip Om Joy.
Karena itu, agar ke depannya tidak ada lagi ada acara nista-menista ajaran agama apapun baik Islam maupun Kristen, si pendeta ini semestinya pula diproses secara hukum.
“Untuk memberikan efek jera kepada siapa saja yang coba-coba menista agama, agama apa pun termasuk Islam,” cetus Om Joy.
Dakwah Islam
Untuk diketahui, bahwa di dalam Islam kaum Muslim memang diwajibkan berdakwah bahkan terhadap orang kafir sekalipun. Tujuannya agar orang kafir dimaksud masuk Islam, yang lantas kemudian taat pada syariat-Nya.
Tetapi di dalam aktivitas dakwah, kata Om Joy, Islam melarang kaum Muslim memaksa orang kafir memeluk Islam. Kendati demikian, Islam mengajarkan kepada kaum Muslim agar mengungkap kesalahan mereka setidaknya dalam dua poin besar.
Pertama, menjelaskan kepada penganut agama lain misal agama Kristen, bahwa aturan-aturan yang dibuat pemuka agamanya itu tidak berdasarkan perintah Tuhan. Tujuannya agar mereka sadar sudah dibodohi oleh pemuka agamanya sendiri.
Perkara ini sebagaimana halnya termaktub di dalam QS At-Taubah: 31, yang artinya; “Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al-Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.”
Kedua, menunjukkan bahwa kitab suci mereka bukan wahyu dari Tuhan tetapi karangan manusia atau bisa disebut sudah tidak murni wahyu Tuhan lagi.
“Bila sudah mengetahui kitab sucinya karangan manusia, atau sudah tidak murni wahyu Tuhan lagi, maka sesungguhnya agamanya tersebut sudah sama saja dengan poin besar yang pertama,” tegasnya.
Dengan demikian, sekali lagi Om Joy menegaskan, Islam memang mewajibkan kaum Muslim untuk mengajak mereka masuk Islam. Tetapi di saat yang sama, Islam secara tegas melarang umatnya menghina agama selain Islam dan juga melarang memaksa mereka masuk Islam. [] Zainul Krian
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat