Bagaimana Boneka Antek Dibuat?

Jika kita mengetahui sejarah pemimpin kudeta ini, maka kita akan yakin bahwa Prancis berada di belakangnya. Seperti diberitakan di sejumlah surat kabar Prancis, bahwa pemimpin kudeta, Mamadi Domboya, yang lahir pada tahun 1980, belajar dan dilatih di Sekolah Militer di Sumore, Prancis barat, dan memperoleh gelar diploma dalam Studi Militer Tinggi. Bahkan dia mendapat kepercayaan dari perwira Prancis hingga dia dinaikkan ke pangkat kopral. Kemudian dia bergabung dengan militer Prancis di Legiun Asing, yang pertama didirikan pada 10 Maret 1831.

Selama di Legiun Prancis itu, Domboya berpartisipasi dalam beberapa misi militer Prancis di berbagai negara dengan sangat setia kepada Prancis. Setelah 15 tahun di Legium Prancis, dia kembali ke Guinea, hingga kemudian dia ditunjuk menjadi kepala pasukan khusus pada 2018. Dan pada 2019, dia dipromosikan ke pangkat kolonel. Tahun lalu, berbagai informasi mulai bocor tentang keinginan sang kolonel yang berambisi untuk meningkatkan kekuatan dan pengaruh pasukan khusus yang dipimpinnya dengan mengorbankan Kementerian Pertahanan. Bahkan tersebar berita pada Mei lalu bahwa dia merencanakan kudeta, hingga akhirnya dia ditangkap, namun pemerintah membantah rumor tersebut.

Tampaknya itu bukan upaya kudeta, melainkan permintaan untuk memisahkan pasukan khusus dari Kementerian Pertahanan. Oleh karena itu, Presiden Conde atau pemerintah tidak memiliki kecurigaan yang cukup tentang upayanya itu. Sehingga pemerintah tidak dapat mengkonfirmasinya dan lebih memilih untuk tetap mempertahankannya berada di bawah pengawasannya. Dengan demikian, dia tidak berhasil memisahkan Pasukan Khusus dari Kementerian Pertahanan, dan tidak dapat membebaskan perangkat yang dengannya dia dapat melakukan sesuatu yang ingin dia lakukan.

 

Amir Hizbut Tahrir

=========

Kutipan dari jawāb suāl: “Al-Inqilābu Al-‘Askariyyu fi Ghiniya, Kudeta Militer di Guinea”

Share artikel ini: