Azerbaijan, Maroko, Libya, Yaman

Dalam berita dunia Muslim, Rusia akhirnya mengatur penyelesaian antara Armenia dan Azerbaijan, setelah Azerbaijan dapat mengambil kembali sebagian namun tidak semua wilayah yang direbut Armenia pada tahun 1994.

Minggu lalu, tinjauan berita ini menyatakan bahwa berlanjutnya permusuhan menunjukkan bahwa Amerika menginginkan perubahan di lapangan. Dengan selesainya hal ini saat ini, telah tercapai penyelesaian. Faktanya, Muslim lebih dari mampu tidak hanya menguasai seluruh Nagorno-Karabakh tetapi bahkan seluruh Armenia, yang merupakan negara non-Muslim yang didirikan di tanah Muslim. Namun, suku Azeri berhenti setelah mendapatkan keuntungan minimal karena pemerintah kita hanya berperang jika Amerika memberi izin, dan berhenti berperang jika Amerika menginstruksikan hal demikian.

Maroko telah melancarkan operasi militer melawan Front Polisario, sebuah gerakan pro-kemerdekaan yang telah memerangi aneksasi oleh Maroko, yakni sebagian dari Sahara Barat pada tahun 1975. Negara-negara Muslim saat ini, yang digambarkan tergesa-gesa setelah masa penjajahan, tidak memiliki legitimasi politik atau bahkan kapasitas pemerintahan. Ini merupakan skema Barat yang diterapkan ke negeri-negeri yang sebelumnya diperintah oleh Islam.

Pihak yang bertikai di Libya pada hari Jumat sepakat untuk mengadakan pemilu pada akhir tahun 2021. Negara-negara Muslim tidak pernah benar-benar mencapai kemerdekaan dari kendali penjajah; kemerdekaan hanya membuka negara mereka bagi persaingan imperium Barat, dengan Amerika mendominasi lebih banyak negara di dunia. Afrika Utara berada tepat di seberang Mediterania dibandingkan Eropa dan lebih sulit bagi orang Amerika untuk mengaksesnya. Tetapi Amerika melakukannya dengan meminta Rusia dan Turki di Libya, seperti yang telah dilakukan sebelumnya di Suriah, Amerika telah berhasil mendominasi semua sisi konflik Libya, dan dengan demikian diharapkan bahwa apapun hasil pemilu tersebut, kepentingan Amerika sepenuhnya akan terlayani.

Kepentingan Amerika di Yaman perlahan-lahan meningkat juga dengan perebutan lokasi strategis yang menyediakan akses ke ibu kota provinsi Marib oleh pasukan Houthi yang berperang melawan pemerintah Abd Rabbuh Mansur Hadi. Seperti Libya, Amerika telah menahan diri untuk tidak menurunkan pasukan mereka sendiri dan malah menggunakan agen di kedua sisi konflik untuk mengambil kendali dari pemerintahan, yang setia kepada Inggris. Saudi seolah-olah berpihak pada pemerintah Yaman, seperti halnya Turki yang berpihak pada pemerintah Libya. Tetapi sesungguhnya tujuan mereka hanya untuk melemahkan pemerintah dan membangun penyelesaian akhir yang menguntungkan Amerika saja.[]

Share artikel ini: