Mediaumat.news – Wajah perempuan tua itu kini menghiasi berbagai pemberitaan. Beberapa tahun silam orang mengenalnya sebagai pejuang kemanusiaan dan tokoh demokratisasi. Sosok ringkihnya yang berada di balik jeruji besi junta militer Myanmar membuat dunia bersimpati pada perjuangannya. Nobel pun diganjarkan pada Aung San Su Kyi.
Tapi kini mayoritas warga dunia dan pejuang kemanusiaan memandang jijik pada Su Kyi. Di mata mereka, khususnya kaum Muslimin, perempuan tua itu adalah penjahat kemanusiaan berselimut Nobel Perdamaian.
Su Kyi bergeming terhadap tindakan pembantaian ribuan Muslim Rohingya, termasuk pemerkosaan pada kaum perempuan dan penjagalan pada bayi dan anak-anak. Ia bersikukuh tindakan militernya adalah benar. Bahkan ia menghardik bangsa Indonesia. “Kami hanya ingin orang-orang di Indonesia tutup mulut dan diam. Stop pembahasan mengenai Muslim Rohingya. Urus saja negeri kalian, karena kalian tak berhak mengatur hidup kami!” kata Su Kyi.
Suu Kyi sudah berubah. From hero to zero. Dunia kini membencinya. Nenek tua itu keras kepala terhadap protes dunia, dan menutup mata dari kekejaman militer negerinya. Ia seperti lupa bahwa kelak sejarah akan mencatatnya sebagai peraih Nobel Perdamaian yang berubah menjadi psikopat berdarah dingin yang dibenci orang sejagat.[] Iwan Januar
Sumber: Tabloid Mediaumat Edisi 204