Ataturk: Orang yang Mencoba Memalingkan Turki dari Islam

 Ataturk: Orang yang Mencoba Memalingkan Turki dari Islam

Kemarin rakyat Turki memperingati wafatnya Mustafa Kemal Ataturk, pendiri Republik Turki modern. Dia dianggap sebagai pahlawan nasional oleh orang Turki sekuler, sementara yang lainnya mencacinya sebagai orang yang berusaha untuk secara permanen menghapus orientasi Islam negara itu.

Kultus kepribadian telah dibangun di sekitar Mustafa Kemal Ataturk sejak berdirinya Republik Turki sekuler pada tahun 1923. Patung-patung dan foto-fotonya dapat ditemukan di seluruh negeri dan bahkan mengkritiknya adalah perbuatan ilegal.

Kemarin, bangsa itu memperingati 82 tahun wafatnya. Kehidupan sehari-hari berhenti sejenak pada pukul 06:05 saat sirene meraung-raung untuk menandai saat kematiannya tepat di usia 57 tahun, sementara jutaan orang di seluruh negeri mengheningkan cipta selama dua menit.

RakyatTurki juga mengunjungi makamnya di Ankara untuk memberi penghormatan kepada pendiri negara yang sangat sekuler, pro-Barat dan anti-Islam itu.

Tetapi di zaman modern Turki, banyak kaum sekularis merasa warisan Ataturk perlahan-lahan terkikis oleh rakyat Turki yang berorientasi Islam, salah satunya adalah Presiden Recep Tayyip Erdogan.

Karir militer yang brilian

Ataturk lahir pada tahun 1881 di kota Thessaloniki, Yunani, yang saat itu merupakan bagian dari Imperium Uthmani. Pendidikan militernya dimulai pada tahun 1893 saat dia mendaftar di sekolah militer di Thessaloniki. Selain keterampilan militer, Ataturk juga belajar bahasa Prancis.

Dia melanjutkan pendidikannya di Sekolah Militer Istanbul dan lulus sebagai letnan pada tahun 1902. Pangkat militer Ataturk dengan cepat naik dan menjadi kapten kesatuannya pada tahun 1905.

Tahun 1911 menandai titik penting dalam kehidupan Ataturk saat dia melawan Italia di Tripoli dan memenangkan suatu kemenangan yang menentukan. Kemudian selama Perang Balkan dia berperan penting dalam merebut kembali provinsi Dimetoka dan Edirne pada tahun 1912.

Mustafa Kemal hidup di masa kehancuran Imperium Uthmani Islam yang dulu berkuasa. Negara-negara Eropa seperti Inggris dan Prancis telah lama melampaui Uthmani di tingkat industri, politik dan militer – sedemikian rupa sehingga imperium itu dikenal sebagai “The Poor Man Of Europe.”

Lonceng kematian Imperium Uthmani terjadi tak lama setelah Perang Dunia I, saat mereka mengambil keputusan yang menentukan dengan memihak Jerman. Kemal memainkan peran penting dalam konflik itu, pertama sebagai perwira junior dan kemudian sebagai komandan medan perang yang berjuang untuk mengusir Inggris dan Yunani dari tanah airnya.

Pertempuran Gallipoli melawan Inggris dan sekutunya terutama terkait dengan Kemal yang memerintahkan tentaranya “untuk tidak menyerang tetapi untuk mati.”

Tetapi meskipun sesekali menang heroic karena pasukan Uthmani, Istanbul diduduki oleh sekutu pada tahun 1919 dan Ataturk mundur ke Anatolia. Sultan menjadi pengikut kekuatan imperium dan menandatangani Perjanjian Sevres yang memecah-belah Imperium.

Pada tanggal 23 April 1920, terjadi pemberontakan di Majelis Nasional Agung Turki dan Ataturk terpilih sebagai kepala pemerintahan dan ketua parlemen, yang memungkinkannya untuk mengadopsi undang-undang penting untuk mengalahkan pasukan pendudukan asing.

Pertempuran kemerdekaan Turki dimulai pada tanggal 15 Mei 1919 dan berlangsung hingga tahun 1923 ketika Perjanjian Lausanne ditandatangani yang menuju kepada kemerdekaan Turki. Republik Turki kemudian didirikan pada 29 Oktober 1923.

Reformasi Sekuler

Salah satu langkah pertama Ataturk sebagai pemimpin adalah melucuti Sultan dari kekuasaannya dan mengusir Khalifah Uthmani yang terakhir pada tahun 1924.

Dengan mengambil inspirasi dari Barat, dia menutup pengadilan-pengadilan agama dan sekolah-sekolah dan melucuti para pemimpin agama dari otoritas mereka. Dia juga melarang pemakaian fez dan tulisan Arab, dan melarang hijab.

Pada saat itu Turki masih merupakan masyarakat pedesaan, petani dan tradisional di mana agama memainkan peran yang sangat signifikan. Jadi reformasi ini tidak diragukan lagi dipaksakan pada rakyat dan bukan disambut oleh mereka.

Ataturk pernah berkata:

“Saya tidak meninggalkan warisan spiritual berupa dogma-dogma, suatu arahan membatu yang tidak dapat diubah. Warisan spiritual saya adalah sains dan akal… Apa yang ingin saya lakukan dan apa yang saya coba capai untuk bangsa Turki cukup jelas. Jika orang-orang yang ingin mengikuti saya setelah saya wafat mengambil akal dan ilmu pengetahuan sebagai panduan mereka, mereka akan menjadi ahli waris spiritual saya yang sebenarnya.”

Dan:

“Dinyatakan bahwa persatuan agama juga merupakan faktor pembentukan bangsa Turki. Padahal kita melihat sebaliknya pada bangsa Turki. Turki adalah bangsa yang besar bahkan sebelum mereka memeluk Islam. Agama ini tidak membantu orang-orang Arab, Iran, Mesir dan lainnya untuk bersatu dengan Turki untuk membentuk sebuah bangsa. Sebaliknya, agama itu melemahkan hubungan nasional Turki; mematikan perasaan dan antusiasme nasional Turki. Ini wajar, karena Mohammedanisme didasarkan pada nasionalisme Arab di atas semua kebangsaan.”

Warisan

Ataturk tetap menjadi presiden Republik sampai tanggal 10 November 1938, ketika dia wafat di Istambul pada usia 57 karena sirosis hati. Dia menjadi pecandu alkohol berat untuk sebagian besar kehidupan dewasanya.

Dari perspektif Barat, Ataturk membuat Turki menjadi negara yang sukses dan modern, negara damai di mana Kemalisme, yang diwujudkan oleh militer, menjadi ideologi dominan. Bahkan, militer telah melakukan beberapa kali kudeta untuk menegakkannya.

Tapi dari sudut pandang Islam, dia tidak diragukan lagi adalah orang yang membantu mengakhiri Kekhalifahan Utsmaniyah yang agung serta mensekularisasikan bangsa Turki.

Dan banyak orang Turki sekuler (sekitar setengah dari penduduk) saat ini merasa bahwa warisan Ataturk terancam.

Partai AK yang berhaluan Islam kini telah berkuasa sejak tahun 2001 dan telah membatalkan banyak reformasi sekuler yang meminggirkan peran Islam dalam kehidupan publik.

Tetapi mereka bersikeras tidak berusaha membatalkan sistem sekuler dan Presiden Erdogan, seperti jutaan orang Turki lainnya, secara rutin memberikan penghormatan kepada Mustafa Kemal Ataturk.[]

Sumber: https://5pillarsuk.com/2020/11/11/ataturk-the-man-who-tried-to-turn-turkey-away-from-islam/

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *