Mediaumat.info – Pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Terpilih Donald Trump yang ingin menguasai Greenland dan Terusan Panama, dinilai sekadar gertakan saja. “Ini kelihatannya hanya gertakan saja,” ujar Pakar Hubungan Internasional Hasbi Aswar kepada media-umat.info, Sabtu (11/1/2024).
Pasalnya, sambung Hasbi, tak mudah kemudian suatu negara termasuk AS, main ancam lantas merebut wilayah di luar teritorialnya.
Ia melihat, alih-alih merealisasikan tujuannya, justru ancaman-ancaman Trump tersebut sekadar bagian dari bumbu-bumbu diplomasi untuk meminta lebih ke Denmark termasuk juga ke Panama agar memberikan apa yang AS inginkan.
Bahkan, tambahnya, bisa juga menjadi alat penekan ke Eropa agar mau berkontribusi besar terhadap keamanan Eropa dan tidak selalu menggantungkan pada bantuan militer dan ekonomi AS sebagaimana yang selama ini terjadi.
Apalagi, sejak periode awal, Trump selalu menekan Eropa untuk berinvestasi lebih besar terhadap keamanan Eropa termasuk di NATO. “Donald Trump ini kan sejak periode awal selalu menekan Eropa untuk berinvestasi lebih besar terhadap keamanan Eropa termasuk di NATO,” paparnya.
Dilansir dari apnews.com (13/2/2024) misalnya, ketika berbicara di sebuah rapat umum di Conway, Carolina Selatan, Trump mengenang ketika sebagai presiden, ia mengatakan kepada seorang anggota NATO yang tidak disebutkan namanya bahwa ia akan menahan bantuan AS dan ‘mendorong’ Rusia untuk melakukan apa pun yang diinginkannya dengan sekutu yang tidak memberikan kontribusi yang cukup untuk pengeluaran militer.
Adalah diberitakan sebelumnya, Trump kembali membuat pernyataan yang kontroversial. Ia menyebut berencana untuk mengambil alih Kanada, Greenland, hingga kendali atas Terusan Panama.
Meski Trump sendiri sudah secara jelas membuat pernyataan yang meluruskan bahwa ia tidak akan melakukan hal ini lebih jauh, sejumlah analisis menyebut bahwa hal ini diprediksi tetap didalangi oleh visi ‘America First’ yang ditempatkan Trump selaku jangkar dari kebijakannya. Ini didasari oleh munculnya poros kekuatan baru yang telah berupaya melemahkan pengaruh Washington, yang dimotori negara-negara seperti Cina, Rusia, Venezuela, dan Iran.
Potensi Greenland
Greenland, negara konstituen Kerajaan Denmark yang terletak di antara Samudra Arktik dan Atlantik, sebelah timur Kepulauan Arktik Kanada, menurut Hasbi, selain posisi geopolitiknya yang penting karena bertetangga langsung dengan Eropa, juga memiliki sumber daya alam yang sangat besar.
Dari sisi keamanan, Greenland ini dekat dengan Eropa termasuk juga dengan Rusia. Sejak 2002, Rusia telah menjadikan prioritas pembangunan militernya di Samudra Arktik khususnya di perairan Rusia yakni Laut Barent, yang diperkirakan memiliki kapasitas 2/3 dari kekuatan nuklir berikut berbagai peralatan tempur laut canggih Rusia.
Demikian, Hasbi mengatakan kondisi itu jelas menjadi ancaman besar terhadap AS bahkan negara-negara Eropa. Sementara keberadaan instalasi militer AS di utara Greenland hanya fokus pada pengawasan untuk pencegahan (early warning system) terhadap ancaman rudal atau misil.
“Ancaman ini kelihatannya yang disadari oleh Trump,” kata Hasbi, seraya mengungkapkan sejak Perang Rusia-Ukraina 2022 tak menunjukkan tanda-tanda Rusia melemah bahkan terus bertahan dan kokoh.
“Hal inilah yang membuat kondisi semakin urgen bagi pemerintahan AS atau Donald Trump (menguasai Greenland),” imbuhnya.
Tak hanya itu, ancaman datang juga dari Cina yang memasukkan wilayah Arktik sebagai target kepentingan investasi BRI (Inisiatif Belt and Road), salah satu kebijakan luar negeri dan ekonomi yang paling ambisius.
Hasbi mengungkapkan, Cina juga telah mencoba melakukan pendekatan kepada Greenland untuk memperbesar kehadirannya di wilayah ini meski tidak berkembang baik atau kalah dengan AS.
Lantas secara ekonomi, Hasbi melihat Greenland memiliki cadangan mineral bumi langka (rare earth minerals) yang konon sangat penting bagi pertahanan AS.
Di saat AS banyak bergantung pada Cina, maka, mengambil alih Greenland bisa berarti bagian dari upaya mendominasi produksi mineral langka di wilayah tersebut. Hal ini juga menunjukkan, di bawah kepemimpinan Trump, AS memang sangat ketat berkompetisi secara ekonomi dengan negeri tirai bambu tersebut.
Trump Ancaman Eropa
Karenanya, Jerman dan Prancis, sebagai dua negara utama Eropa, pun menilai upaya Trump ini sebagai ancaman terhadap keamanan Eropa. “Jerman dan Prancis sebagai dua negara utama di Eropa tentunya akan melihat upaya Trump sebagai ancaman terhadap keamanan Eropa,” kata Hasbi menganalisis.
Pasalnya, apabila benar diambil oleh AS, dan setelah itu Trump melakukan militerisasi besar-besaran di Greenland, maka akan mengakibatkan suhu politik di Eropa semakin meningkat.
Dengan kata lain, sedikit banyak bisa dipastikan Uni Eropa juga akan dilibatkan dalam ‘buang-buang energi’ untuk persaingan kepentingan AS vs Rusia.
Pelajaran bagi Umat Islam
Karenanya pula, diharapkan bagi umat Islam untuk bisa belajar bahwa kemampuan bermanuver lebih besar dan jauh di dalam politik internasional, hanya bisa dilakukan oleh negara yang memiliki kekuatan militer dan ekonomi yang besar.
Tetapi Hasbi sangat menyayangkan negara-negara besar dimaksud saat ini mengadopsi ideologi yang rusak. Malahan, berangkat dari situ, mereka justru berkontribusi besar terhadap kerusakan dunia berikut peradaban manusia di dalamnya.
Artinya, umat Islam tak boleh hanya menonton dan menjadi objek atau korban dari segala manuver politik tersebut. “(Selanjutnya) kaum Muslim juga harus bergegas membangun kekuatan umat melalui negara superpower juga agar betul-betul bisa berkontribusi positif terhadap umat manusia,” pungkasnya.[] Zainul Krian
Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat