Mediaumat.news – Sekalipun berganti presiden, Pengamat Politik Internasional Farid Wadjdi mengatakan bahwa tidak akan ada perubahan berarti terkait kebijakan Amerika Serikat (AS) terhadap Palestina.
“Secara subtansial tidak akan ada perubahan yang berarti kebijakan AS terkait Palestina. Artinya kebijakan yang diambil AS tetap dalam rangka menjaga eksistensi penjajah Yahudi. Maka bisa kita pastikan apa yang selama ini digagas AS terhadap solusi perdamaian di Timur Tengah dengan dua negara itu akan diadopsi oleh Joe Biden,” ujarnya pada acara Kabar Malam, Senin (16/11/2020) di akun Youtube Khilafah Channel.
Menurutnya, Amerika adalah sebuah negara yang memiliki sistem yang kuat dan dilandasi oleh ideologi yang kuat pula. Karena itu, bila berbicara masalah kebijakan AS, secara mendasar menurut Farid tidak akan terdapat banyak perbedaan. “Karena Amerika merupakan sebuah sistem yang dilandaskan pada kapitalisme,” ungkapnya.
Farid menyebutkan bahwasannya terdapat tiga agenda utama yang menjadi kepentingan AS di Timur Tengah. “Pertama, menjaga sumber-sumber energi agar tetap dikendalikan Amerika terutama minyak dan gas. Kedua, mencegah munculnya kekuatan politik Islam di Timur Tengah. Apalagi kekuatan politik yang bisa menyatukan Timur Tengah secara politik yang akan mengancam kepentingan Amerika Serikat. Ketiga, jaminan terhadap eksistensi negara penjajah Yahudi. Tiga hal ini merupakan kepentingan utama Amerika di Timur Tengah yang sampai kapan pun tidak berubah,” bebernya.
Maka dari itu, siapa pun yang menjadi presidennya, AS akan tetap mempertahankan tiga kepentingan itu. Karena itulah bagi Amerika, eksistensi penjajah Yahudi ini harga mati, termasuk Joe Biden. Hal tersebut telah disampaikan secara terbuka oleh Joe Biden. Joe Biden menegaskan dukungan mereka kepada penjajah Yahudi.
“Contohnya saat perayaan kemerdekaan Israel ke-67 pada April 2015, ia memulai dengan kata ‘Saya Joe Biden dan semua orang tahu saya cinta Israel’. Selain itu, ia juga menegaskan bila tidak ada Israel, kami yang menciptakannya. Ia juga menambahkan kami selalu berbicara tentang Israel dengan perspektif melakukan kebaikan. Dan ia menegaskan, ini merupakan kewajiban yang penting yang disebut sebagai kewajiban moral yang penting bagi AS. Ini merupakan kewajiban dan sebuah kebutuhan strategis,” bebernya.
Perbedaannya hanyalah pada cara melakukannya. “Kemungkinan Joe Biden akan melakukan pendekatan yang lebih soft. Bisa jadi akan membuka kembali hubungan baik dengan unsur-unsur Palestina yang selama ini mendukung AS. Tapi itu tidak substansial, karena sejatinya masalah utama Palestina adalah penjajahan Yahudi,” pungkasnya.[] Billah Izzul Haq