Mediaumat.id – Direktur Institut Muslimah Negarawan (IMuNe) Dr. Fika Komara menilai Amerika Serikat (AS) diuntungkan dari kasus dan kerusuhan yang terjadi di Iran. “Amerika yang akan diuntungkan karena paham-paham liberalisme itu semakin mudah masuk, seiring dengan semakin menguatnya ketidakpercayaan atau aspek trust rakyat kepada pemerintah,” ungkapnya kepada Mediaumat.id, Jumat (23/12/2022).
Kerusuhan terjadi pasca kematian Mahsa Amini, wanita berusia 22 tahun yang ditahan polisi moral Iran karena tidak menggunakan kerudung secara tepat juga karena adanya dugaan kekerasan aparat pada Mahsa Amini. Namun, Fika menilai justru yang berkembang seolah-olah kerudung itu adalah simbol tiran bukan tirannya rezim Iran.
“Yang menjadi akar masalah di sini adalah tirannya rezim yang mengatasnamakan Islam, atau aparat dalam kasus Mahsa Amini ini kan aparat yang bertindak tidak proporsional, melampaui batas,” ungkapnya.
Fika menilai, ada pihak penunggang kepentingan dari kerusuhan yang terjadi di Iran tersebut, terutama dari kelompok-kelompok feminis liberal yang berusaha mencitraburukkan syariah Islam. Bukan lagi mencitraburukkan rezim Iran yang memang sebenarnya bermasalah.
Fika menegaskan, jika dilihat realitasnya, tidak ada hubungannya antara rezim Iran dengan syariah Islam. Karena, Iran sendiri tidak merupakan representasi dari kepemimpinan Islam. “Memang ada upaya untuk mengidentikkan pemerintah Iran itu seolah-olah adalah simbol atau representasi dari pemerintahan Islam, itu sebenarnya yang menjadi masalah,” kritiknya.
Pemerintahan Islam yang benar, menurut Fika, bukan teokrasi seperti yang dicontohkan Iran, tapi adalah kekhilafahan. “Kekhilafahan itu kan berbeda dari dari sistem teokrasi apalagi juga berbeda dengan demokrasi,” tegasnya.
Selain itu, Fika memandang, kegagalan Iran tidak mencerminkan kegagalan ideologi Islam. Karena, menurutnya, harus clear (jelas) terlebih dahulu mana ideologi Islam yang benar dan mana yang tidak.
“Ideologi Islam itu kalau diterapkan dengan benar itu harusnya akan membuat hubungan penguasa dengan rakyat menjadi hubungan yang harmonis, sebagaimana sabda Rasulullah SAW bahwa pemimpin yang baik adalah ketika rakyatnya mendoakan, mereka saling mencintai antar rakyat dan penguasa, bukan saling melaknat, apalagi seperti yang sekarang, kan didemo, memberontak, membangkang, Ini berarti ada persoalan pada kualitas kepemimpinan Iran,” pungkasnya.[] Ade Sunandar