AS Diam-Diam Latih Taiwan, IMuNe: Sebagai Pressure Tool bagi Cina

 AS Diam-Diam Latih Taiwan, IMuNe: Sebagai Pressure Tool bagi Cina

Mediaumat.news – Pasukan operasi khusus AS dan marinir yang diam-diam melatih pasukan Taiwan sejak 2020, dinilai Direktur Institute Muslimah Negarawan (IMuNe) Dr. Fika Komara sebagai pressure tool bagi Cina.

“Sudah lama AS memosisikan Taiwan sebagai salah satu pressure tool bagi Cina,” tuturnya kepada Mediaumat. news, Jumat (8/10/2021).

Menurutnya, posisinya mirip Hongkong. Strategi AS ini mirip kaidah “the enemy of my enemy is my friend”. “Lawan dari musuhku adalah temanku,” ujarnya.

Fika melihat, Taiwan sudah sangat lama berkonflik dengan Cina. “Seperti jamaknya penjajah yang mencium perpecahan sebagai pintu masuk bisnisnya, maka AS juga menangkap ini sebagai peluang baginya untuk melemahkan Cina dan mengambil keuntungan sebesar-besarnya dari konflik dua negara Asia Timur ini,” ungkapnya.

Selain itu, pelatihan militer di Taiwan oleh AS, kata Fika, adalah bagian dari bisnis industrial military complex yang sudah lama dijalankan oleh negara itu. “Modusnya adalah kapitalisasi perang yang menjadi mesin ekonomi bagi industri militer AS,” tegasnya.

Ia menilai, dampak eskalasi konflik Cina dan Taiwan memang tidak berdiri sendiri, dan dipastikan meluas karena AS sudah terlibat. Bahkan skenario perang dunia ke-3 yang diprediksi banyak ahli akan semakin kuat. “Indikasinya serangan Cina baru-baru ini ke zona pertahanan udara Taiwan, lalu disambut gertakan kapal selam nuklir AS di Laut Cina Selatan. Tampak sekali ketegangan semakin memuncak,” ujarnya.

Menurutnya, jika perang betul-betul meletus dampaknya sudah pasti meluas, karena adanya keterlibatan negara-negara AUKUS. “Taiwan bahkan terang-terangan meminta bantuan Australia,” katanya.

Lebih lanjut, menurut Fika, situasi ini akan semakin mempersulit posisi negeri Muslim yang berada di posisi terjepit. Jepitannya akan sangat terasa jika kedua pihak yang bertikai meminta dukungan, dan akan sangat sulit melakukan pilihan karena sebagian besar negeri Muslim bukanlah negara mandiri yang kuat secara ekonomi dan militer.

“Walhasil, memungkinkan adanya potensi masalah turunan baru yang juga bahkan bisa mengancam domestik negeri-negeri Muslim seperti Indonesia dan Malaysia yang sudah banyak bekerja sama dengan AS maupun Cina secara mendalam,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *