AS Bekukan Aset Pemerintah Afghanistan, FAKKTA: Kejahatan Luar Biasa
Mediaumat.id – Sikap Amerika Serikat (AS) yang membekukan aset pemerintah Afghanistan yang saat ini dikuasai oleh Taliban, dinilai Peneliti Forum Analisis dan Kajian Kebijakan untuk Transparansi Anggaran (FAKKTA) Muhammad Ishak sebagai kejahatan yang luar biasa.
“Saya kira apa yang dilakukan oleh Amerika Serikat ini adalah merupakan kejahatan yang luar biasa,” tuturnya kepada Mediaumat.id, Sabtu (4/12/2021).
Menurutnya, sikap AS dengan membekukan aset pemerintah Afghanistan ini akan memberikan konsekuensi luar biasa terhadap aspek kemanusiaan. “Meskipun pemerintah AS dan Uni Eropa masih berkomitmen memberikan bantuan kemanusiaan tetapi bantuan itu tidak ada nilainya atau kecil dibandingkan jika aset-aset tersebut dicairkan,” ujarnya.
Ishak mengungkap alasan dibalik Amerika Serikat yang sampai sekarang masih membekukan aset-aset milik pemerintah Afghanistan, meskipun rezimnya telah berganti dari rezim yang hampir 20 tahun di bawah kendalinya, hingga sekarang dikuasai rezim Taliban yang sebenarnya juga merupakan bagian dari aliansi Amerika Serikat yang mendukung berdirinya Taliban dan bahkan membiayai gerakan-gerakan ini sampai berkuasa pada tahun 1996.
“Jadi alasannya bahwa mereka (AS) mengutuk langkah Afghanistan yang masih dianggap tidak memberikan kemudahan atau memberikan hak kepada perempuan untuk bekerja ataupun untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah. Partisipasi kaum perempuan belum sepenuhnya dilakukan oleh pemerintah Taliban,” ungkapnya.
Selain itu, kata Ishak, kekhawatiran pemerintah Amerika Serikat bahwa Taliban akan mendukung kelompok-kelompok yang mengancam keamanan Amerika Serikat di Afghanistan itu sendiri, juga menjadi alasan dibekukannya aset milik Afghanistan.
Deklarasikan Khilafah
Ishak menilai Afghanistan harus melakukan langkah-langkah berikut antara lain mengandalkan kekuatan negaranya dengan kekuatan internal dan tidak mengandalkan negara-negara asing penjajah seperti AS, Uni Eropa, ataupun Cina.
“Mendorong pengembangan sektor pertanian, sebagai sektor yang paling cepat yang dapat digerakkan untuk mendapatkan devisa sehingga dapat digunakan untuk membiayai kebutuhan yang esensial, seperti pangan dan obat-obatan. Menggalang dukungan dari negeri-negari Muslim untuk mendapatkan bantuan tanpa syarat bahwa masalah yang terjadi di Afganistan adalah masalah umat Islam dan khususnya negara-negara Muslim. Ini tentu membutuhkan diplomasi yang kuat dari pemerintah Taliban,” ujarnya.
Berikutnya, kata Ishak, dalam jangka pendek Afghanistan harus memfokuskan anggaran untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan dasar rakyatnya dan tidak mengalokasikan belanja untuk yang sifatnya sekunder dan tersier. Memperkuat solidaritas antara sesama rakyat untuk saling mendukung dan bekerjasama.
“Dan terakhir dan paling utama adalah menerapkan syariah Islam secara menyuluruh dalam kehidupan bernegara Afghanistan dan mendeklarasikannya sebagai Khilafah Islam,” pungkasnya.[] Achmad Mu’it