AS Ancam Saudi Soal Minyak, Menunjukkan Saudi Berada dalam Dominasi Amerika
Mediaumat.id – Amerika Serikat (AS) mengancam bakal memberikan konsekuensi terhadap Arab Saudi dan negara-negara OPEC lainnya karena keputusannya mengurangi produksi minyak hingga dua juta barel per hari mulai November.
Pengamat Politik Internasional Farid Wadjdi menilai ancaman Amerika Serikat (AS) bakal memberi suatu konsekuensi terhadap Arab Saudi dan negara-negara OPEC lainnya karena keputusan mengurangi produksi minyak hingga dua juta barel per November, menunjukkan bahwa Saudi berada dalam dominasi AS.
“Apa yang dilakukan oleh Amerika terhadap Saudi ini menunjukkan bahwa Saudi itu memang dalam dominasi Amerika dan menunjukkan lemahnya posisi Saudi,” ungkapnya kepada Mediaumat.id, Jumat (14/10/2022).
Menurutnya, ketika Saudi tidak sepenuhnya menjalankan keinginan-keinginannya maka AS akan melakukan tekanan.
Isu yang digunakan oleh AS adalah isu pelanggaran HAM pembunuhan wartawan asal Saudi Jamal Khashoggi. “Jadi, fakta itu menunjukkan bahwa Saudi itu di bawah kontrol Amerika,” tegas Farid.
Namun, menurutnya, sanksi yang terberat dari Amerika jika Saudi atau Raja Salman dan anaknya tidak merespons adalah Amerika akan menggoyang posisinya dan akan menggantikan dengan pangeran lain yang berseberangan dengan rezim saat ini.
“Begitulah permainan negara-negara kolonial yang masih mengendalikan negeri Islam, termasuk Saudi,” ungkapnya.
Menurutnya, keberadaan minyak bagi Amerika dan Eropa sangat vital. Karena siapa yang mengendalikan minyak, sangat memengaruhi bagaimana kekuatan dan pengaruh negara itu di dunia sebagaimana Amerika saat ini.
“Bagi Amerika dan Eropa, minyak Timur Tengah itu menjadi politik inti dalam kebijakan luar negeri mereka di kawasan itu,” jelasnya.
Selain itu, Farid menilai minyak juga bisa menjadi senjata. Sebagaimana pada tahun 1973 OPEC melakukan embargo terhadap AS karena memberikan bantuan militer kepada Israel.
“Minyak ini sebenarnya kalau kemudian digunakan jadi senjata politik bisa,” tegasnya.
Namun, masalahnya siapa yang akan menggunakan senjata politik itu. Karena itu tergantung penguasanya.
“Kalau penguasanya di bawah kendali Amerika ya mereka itu tidak akan mau menggunakan minyak ini sebagai senjata politik yang akan memukul Amerika,” ungkapnya.
Karena itu, di situlah relevansinya negeri-negeri Islam harus dipimpin oleh penguasa-penguasa yang tidak di bawah kendali Amerika, dan itu tergantung sistem apa yang diterapkan di dunia Islam.
Namun, masalahnya adalah sebagian negeri Islam hari ini sistemnya adalah sistem yang diwariskan dan dirancang oleh negara-negara kolonial untuk melanjutkan kepentingan penjajahan mereka melalui penguasa-penguasa boneka.
“Selama negara-negara warisan kolonial masih ada di Timur Tengah sulit untuk mendapatkan penguasa yang berani menentang kebijakan Amerika,” tegasnya.
Itulah relevansinya negeri Islam bersatu dalam naungan khilafah untuk melanjutkan tatanan politik global dunia Islam sehingga independen dan bisa dengan tepat menetapkan siapa musuh siapa kawan untuk kepentingan dunia Islam.
“Bukan di bawah kendali negara-negara kolonial,” pungkasnya.[] Ade Sunandar