Mediaumat.news – Terkait Amerika Serikat (AS) yang mengajukan syarat-syarat agar Taliban benar-benar diakui sebagai pemerintah Afghanistan, Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Farid Wadjdi mengatakan, Taliban seharusnya memutus hubungan dengan negara penjajah.
“Taliban seharusnya memutus hubungan sama sekali dengan negara penjajah,” ujarnya dalam Kabar Petang: Mewaspadai Muslihat Politik AS di Afghanistan, Jumat (20/8/2021) di kanal YouTube KC News.
Farid menjelaskan, memutuskan hubungan berarti tidak boleh melakukan kerja sama dalam bentuk apa pun dengan pihak-pihak yang selama ini jelas-jelas telah memusuhi umat Islam, membuat penderitaan rakyat, membunuh banyak rakyat, membombardir banyak tempat sipil di Afghanistan. “Siapa itu? Ya Amerika Serikat sendiri dan negara-negara Barat dengan NATO-nya,” tegasnya.
Di samping karena memiliki kepentingan politik seperti membendung kebangkitan Islam, AS sebagai negara adidaya, menurut Farid, juga memiliki kepentingan ekonomi terkait jalur pipa gas yang melewati Afghanistan dari Asia Tengah sangatlah penting bagi AS. Demikian juga dengan kepentingan menghambat pengaruh Cina yang secara geografis berbatasan dengan Afghanistan.
Farid pun menilai, AS akan tetap berupaya mengikat Afghanistan. Di antaranya melalui kesepakatan-kesepakatan negoisasi yang tidak memberikan tempat bagi kelompok teroris dan tidak mengancam kepentingan AS. “Ini kan prasyarat-prasyarat yang nanti bisa digunakan untuk menekan pemerintahan Taliban,” timpalnya.
Tak hanya itu, tambah Farid, AS akan mengefektifkan pemain-pemain regional yang masih dalam kontrolnya, terutama Pakistan yang menjadi ujung tombak setiap isu di Afghanistan.
Sebagai pelajaran, sejak serangan 11 September 2001 di AS, Taliban dipaksa keluar dari Afganistan oleh koalisi yang dipimpin NATO dengan AS di dalamnya. Sedangkan struktur politiknya diganti dengan pemerintahan pro-Barat yang dipilih melalui proses demokrasi.
“Taliban tentu seharusnya belajar dari bagaimana ketika Taliban dikalahkan oleh Amerika, justru ketika Taliban membatasi sistem pemerintahannya pada sistem pemerintahan emirat Islam pada waktu itu yang membuat Taliban seolah-olah menjadi negara sendiri,” tuturnya.
Bahkan, menurutnya, di sana juga terdapat banyak kepentingan dan intervensi negara-negara Barat yang justru memperlemah Afghanistan. Termasuk keberadaan elite-elite politik atau politisi-politisi yang menjadi kaki tangan AS dan sekutu-sekutunya.
Maka, sambungnya, Taliban tidak bisa dikatakan menang melawan penjajahan kalau di kemudian hari berkuasa justru melanjutkan hubungan dengan AS, termasuk dengan Cina yang melakukan kekejian di Xinjiang atau Turkistan Timur terhadap Muslim Uighur.
Farid juga mengatakan, Taliban justru seharusnya menjadikan Islam sebagai dasar pegangan semua persoalan termasuk sistem pemerintahan. Sebab kalau tidak, persoalan Afghanistan bisa dipastikan tidak akan pernah bisa selesai. “Persoalan Afghanistan itu justru ketika yang diterapkan di sana bukanlah benar-benar berdasarkan syariat Islam,” urainya.
Oleh karena itu ia berharap kepada pihak-pihak yang mukhlis yang ada di Taliban, agar mampu mengetahui langkah-langkah yang memang harus dilakukan untuk tidak mengulangi kegagalan sebelumnya.
Kunci Penting
Sehingga, menurut Farid, yang menjadi kunci penting keberhasilan membangun Afghanistan setidaknya ada dua. Pertama, membangun negara berdasarkan asas Islam serta tidak berkompromi sama sekali dengan nilai-nilai sekuler seperti demokrasi yang sering digunakan AS sebagai alat politik.
Kedua, Taliban tidak boleh sama sekali melakukan hubungan dengan pihak-pihak yang selama ini jelas-jelas memusuhi Islam. Dengan demikian, Afghanistan dengan segala sistem Islamnya akan menjadi negara yang menjadi milik seluruh dunia Islam. “Ini (juga) akan memperkuat posisi Afghanistan dan menghentikan intervensi negara-negara Barat di Afghanistan,” pungkasnya.[] Zainul Krian