Arogansi Trump dan Diamnya Para Penguasa Muslim

Republican presidential candidate Donald Trump gestures during the first Republican presidential debate at the Quicken Loans Arena Thursday, Aug. 6, 2015, in Cleveland. (AP Photo/John Minchillo)

[Buletin Kaffah No. 019-26, Rabiul Awal 1439/15 Desember 2017]

Presiden Amerika Donald Trump dalam pidatonya di Gedung Putih (7/12/2017) telah mengumumkan pengakuan bahwa al-Quds (Yerusalem) adalah ibukota negara Yahudi. Dia lalu memerintahkan Kementerian Luar Negeri untuk mempersiapkan pemindahan Kedubes AS dari Tel Aviv ke al-Quds. Trump berkata, “Saya memenuhi janji yang saya buat dengan mengakui al-Quds ibukota untuk Israel.” (Al-‘Arabiyah.net, 6/12/2017).

Yang sangat aneh dan mengherankan, sebelum pengumuman itu Trump melakukan komunikasi dengan mayoritas penguasa Muslim yang berkoar-koar tentang al-Quds dan al-Aqsha. Trump berkomunikasi dengan Salman, Abbas, Abdullah, as-Sisi, Muhammad VI, dll. Trump memberitahu mereka bahwa dia akan mengumumkan pengakuannya dalam pidatonya beberapa jam setelah itu. Meski demikian, semua penguasa itu diam seribu bahasa layaknya orang mati!

Benar. Trump—diktator dungu, musuh Islam dan kaum Muslim—telah memenuhi janjinya kepada Yahudi. Tentu tidak aneh kaum kafir saling menolong satu sama lain. Yang aneh dan mengherankan, para penguasa negeri-negeri kaum Muslim pro kepada kaum kafir itu. Mereka benar-benar mengabaikan firman Allah SWT:

﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ﴾

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai para pemimpin kalian. Sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Siapa saja di antara kalian yang menjadikan mereka sebagai pemimpin,  sungguh dia termasuk golongan mereka. Sungguh Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim (TQS al-Maidah [5]: 51).

Amerika dulu telah mengakui negara Yahudi pada tahun 1948. Para penguasa negeri-negeri kaum Muslim diam. Mereka bahkan membenarkan Amerika.

Entitas Yahudi menyempurnakan pendudukan atas Palestina yang tersisa dan al-Quds pada tahun 1967. Amerika pun mendukung pendudukan ini. Para penguasa juga diam seribu bahasa. Bahkan mereka mengambil Amerika sebagai kawan amat dekat dan menjadikan Amerika sebagai mediator solusi dengan entitas Yahudi.

Para penguasa Muslim itu melakukan penyesatan dan penipuan bahwa Amerika akan menekan negara Yahudi dan memberi mereka wilayah yang di atasnya didirikan negara (Palestina) meski dilucuti senjatanya dan al-Quds timur menjadi ibu kota untuk mereka.

Sekarang, Amerika melalui lisan Trump mengumumkan pengakuannya bahwa al-Quds—yang merupakan bumi isra’ dan mikraj, kiblat pertama kaum Muslim, tempat suci ketiga—adalah ibukota untuk entitas Yahudi justru setelah sebelumnya Trump berkomunikasi dengan para penguasa Muslim itu. Bahkan Trump mengumumkan dalam pidato pengakuannya itu bahwa dia akan mengirimkan wakilnya untuk “bertukar senyum” dengan para penguasa itu (Al-‘Arabiyah.net, 6/12/2017).

Pertanyaannya: Apakah dua orang yang berakal akan berbeda pendapat tentang bagaimana cara membebaskan Palestina dari cengkeraman Yahudi? Apakah dua orang yang berakal akan berbeda pendapat tentang bagaimana menindak Yahudi dan negara-negara pendukungnya? Bukankah pembebasan Palestina adalah dengan menggerakkan militer kaum Muslim untuk memerangi entitas Yahudi itu? Allah SWT berfirman:

﴿قَاتِلُوهُمْ يُعَذِّبْهُمُ اللَّهُ بِأَيْدِيكُمْ وَيُخْزِهِمْ وَيَنْصُرْكُمْ عَلَيْهِمْ وَيَشْفِ صُدُورَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ﴾

Perangilah mereka, niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan (perantaraan) tangan-tangan kalian, menghinakan mereka serta akan menolong kalian atas mereka sekaligus melegakan hati kaum Mukmin (TQS at-Taubah [9]: 14).

Bukankah begitu cara membebaskan Palestina? Bukankah pembebasan Palestina adalah dengan memerangi entitas Yahudi dan negara-negara pendukungnya, terutama AS dan Barat? Bukankah ini adalah perintah Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana, yaitu mengusir kaum kafir yang menduduki tanah Islam?

Allah SWT berfirman:

﴿وَأَخْرِجُوهُمْ مِنْ حَيْثُ أَخْرَجُوكُمْ﴾

Usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian (TQS al-Baqarah [2]: 191).

Bukankah ini adalah perintah Allah SWT untuk menindak Yahudi—yang menduduki tanah Islam dan mengusir warganya dari sana—dan negara-negara pendukungnya?

Allah SWT pun berfirman:

﴿إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ﴾

Sungguh Allah hanya melarang kalian berkawan dengan orang-orang yang memerangi kalian karena agama, yang mengusir kalian dari negeri kalian dan yang membantu (orang lain) untuk mengusir kalian. Siapa saja yang menjadikan mereka sebagai kawan, mereka itulah kaum yang zalim (TQS al-Mumtahanah [60]: 9).

Sungguh diamnya para penguasa negeri Muslim terhadap pendudukan Yahudi atas sebagian besar tanah Palestina pada tahun 1948, juga keengganan mereka untuk menggerakkan pasukan mereka untuk memerangi Yahudi sekaligus demi mengembalikan bagian dari Palestina yang diduduki, itu merupakan kejahatan besar. Diamnya para penguasa itu terhadap pendudukan Yahudi atas Palestina yang tersisa pada tahun 1967, juga keengganan mereka untuk menggerakkan tentara mereka untuk mengembalikan seluruh Palestina dari cengkeraman Yahudi, itu adalah kejahatan yang lebih serius dan lebih besar. Berdamai dengan Yahudi dan negara-negara pendukungnya—bukan berperang melawan mereka—juga tidak lebih kecil kejahatannya. Membenarkan negara-negara pendukung Yahudi itu—khususnya AS—dan  loyal kepada mereka merupakan pengkhianatan kepada Allah SWT, Rasul-Nya dan kaum Mukmin.

Sungguh Trump telah menelanjangi para penguasa itu. Trump telah menanggalkan helai daun terakhir yang menutupi aurat mereka saat mereka diam saja terhadap klaim kotor Trump atas atas Yerusalem itu. Lalu bagaimana mereka bisa tetap memiliki kekuasaan atas negeri kaum Muslim?!

Karena itu hendaknya para tentara Muslim bergerak untuk memerangi musuh-musuh mereka yang menduduki bumi yang diberkahi.

Sepantasnya pula kaum Muslim bersegera menegakkan Daulah Islam. Itulah Khilafah ar-Rasyidah. Dengan Khilafah, negara terbesar dari negara kafir imperialis pun tidak akan berani lancang menginjak tanah kaum Muslim atau menimpakan keburukan terhadap mereka. Apalagi entitas Yahudi yang ditimpa kenistaan dan kehinaan.

Allah SWT berfirman:

﴿وَإِنْ يُقَاتِلُوكُمْ يُوَلُّوكُمُ الْأَدْبَارَ ثُمَّ لَا يُنْصَرُونَ﴾

Jika mereka memerangi kalian, pastilah mereka berbalik melarikan diri ke belakang (kalah). Kemudian mereka tidak mendapat pertolongan (TQS Ali Imran [3]: 111).

Sungguh tidak selayaknya kaum Muslim bersikap diam terhadap para penguasa mereka yang diam serta menelantarkan al-Quds dan Masjidil Aqsha dinodai dan diduduki musuh Islam dan kaum Muslim. Jangan sampai kaum Muslim terpedaya oleh penyesatan dan kedustaan para penguasa itu setelah hari ini. Ketahuilah bahwa akibat diamnya para penguasa Muslim tidak berhenti pada penelantaran Palestina, tetapi bahkan penelantaran negeri-negeri Muslim lainnya.

Sungguh tidak tersisa lagi alasan sedikit pun untuk menaati para penguasa ruwaybidhah itu. Tidak tersisa lagi udzur untuk menaati perintah para penguasa yang menghalangi umat untuk melenyapkan entitas Yahudi dan mengembalikan bumi yang diberkahi ke pangkuan Darul Islam.

Sungguh menaati mereka dalam kondisi ini akan menjerumuskan kaum Muslim dalam kehinaan di dunia dan azab akhirat. Allah SWT berfirman:

﴿وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا﴾

Mereka berkata, “Ya Tuhan kami, sungguh kami telah mentaati para pemimpin dan para pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar).” (TQS al-Ahzab [33]: 67).

Karena itu bersegeralah, wahai kaum Musim, untuk berjuang secara sungguh-sungguh menegakkan kembali kekuasaan Islam, yakni Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah, pasti kita akan mulia di dunia dan akhirat.

﴿وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ * بِنَصْرِ اللَّهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ﴾

Pada hari kemenangan itu bergembiralah kaum Mukmin karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang Dia kehendaki dan Dia Mahaperkasa lagi Maha Penyayang (TQS ar-Rum [30]: 4-5).

Hikmah:

Jabir bin Abdullah menuturkan bahwa Nabi saw. pernah bersabda kepada Kaab bin Ujrah:

أَعَاذَكَ اللَّهُ مِنْ إِمَارَةِ السُّفَهَاءِ. قَالَ: وَمَا إِمَارَةُ السُّفَهَاءِ؟ قَالَ: أُمَرَاءُ يَكُونُونَ بَعْدِي لَا يَقْتَدُونَ بِهَدْيِي وَلَا يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِي، فَمَنْ صَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَأُولَئِكَ لَيْسُوا مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُمْ وَلَا يَرِدُوا عَلَيَّ حَوْضِي، وَمَنْ لَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَلَمْ يُعِنْهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَأُولَئِكَ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُمْ وَسَيَرِدُوا عَلَيَّ حَوْضِي»

“Aku memintakan perlindungan untukmu dari kepemimpinan sufaha’.” Kaab berkata, “Apa kepemimpinan sufaha’ itu?” Beliau bersabda, “Mereka adalah para pemimpin yang ada setelahku. Mereka tidak menjadikan petunjukku sebagai petunjuk dan tidak meneladani sunnahku. Siapa saja yang membenarkan kedustaan mereka dan menolong mereka atas kezaliman mereka maka mereka bukan bagian dari golonganku dan aku bukan dari golongan mereka; mereka pun tidak merasakan telaga bersamaku. Sebalikya, siapa saja yang tidak membenarkan kedustaan mereka dan tidak menolong mereka atas kezaliman mereka maka mereka bagian dari golonganku dan aku bagian dari golongan mereka;  mereka pun akan merasakan kenikmatan telaga bersamaku.” (HR Ahmad).

Share artikel ini: